Sentimen Rupiah Membaik, Dolar AS Hadapi Risiko Resesi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 March 2022 17:25
Dollar
Foto: Freepik

Rupiah pada perdagangan hari ini mencatat penguatan tipis 0,03% melawan dolar AS ke Rp 14.340/US$. Selain itu, rupiah juga sudah menguat 3 hari beruntun, padahal semakin banyak muncul dukungan bagi bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Mei.

Data terbaru juga mendukung hal tersebut. Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan klaim awal tunjangan pengangguran pada pekan lalu sebanyak 187.000 orang, menjadi yang terendah sejak September 1969.

Data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja Amerika Serikat sangat kuat, yang bisa meyakinkan anggota The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif lagi di tahun ini.
Seperti diketahui, belakangan ini banyak pejabat The Fed yang buka suara terkait kenaikan suku bunga 50 basis poin.

"Saya punya semua untuk didiskusikan saat ini. Jika kami perlu menaikkan 50 basis poin, maka kami akan melakukannya. Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, inflasi, inflasi, dan inflasi menjadi prioritas utama The Fed," kata Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly dalam sebuah acara yang diadakan Bloomberg, sebagaimana dilansir Reuters Kamis (24/3).

Fed Daly selama ini dikenal sebagai pejabat elit The Fed yang lebih berhati-hati untuk menaikkan suku bunga. Pernyataannya yang siap menaikkan sebesar 50 basis poin menjadi indikasi kuat jika The Fed akan melakukannya di bulan Mei.

Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester juga mengatakan hal yang senada.

"Saya lebih suka melakukan front-loading. Posisi kita akan semakin baik jika kita melakukan lebih awal ketimbang di semester II-2022," kata Mester.

Mester ingin suku bunga The Fed di akhir tahun ini berada di 2,5%, artinya ia akan memilih untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin sebelum akhir kuartal II-2022.
Presiden The Fed St. Louis, James Bullard menjadi yang paling bullish. Bullard pada pekan lalu sebenarnya memilih kenaikan sebesar 50 basis poin, dan menginginkan di akhir tahun nanti suku bunga mencapai 3%.

Ketua The Fed, Jerome Powell juga menyatakan kesiapannya untuk bertindak lebih agresif.

"Kami akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga. Secara khusus, jika kami menyimpulkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin tepat dilakukan, kami akan melakukannya. Dan jika kami memutuskan perlu melakukan pengetatan di luar dari kebiasaan yang normal, kami juga akan melakukannya," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (22/3/2022).

Meski sudah mendapat banyak dukungan, tetapi kenaikan suku bunga yang agresif dikhawatirkan memicu resesi, yang membuat dolar AS belum mampu menguat tajam. Triliuner Carl Icahn memberikan peringatan tersebut.

"Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar, bahkan bisa lebih buruk lagi," kata Icahn, dalam acara "Closing Bell Overtime" CNBC International, Selasa (22/3).

Icahn mengatakan inflasi yang sangat tinggi menjadi ancaman bagi utama bagi perekonomian, dan Perang Rusia - Ukraina menambah ketidakpastian yang ada.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular