The Fed dan NATO Bikin Rupiah Tumbang!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 March 2022 09:27
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan ini berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski pergerakannya tipis-tipis. Faktor eksternal menjadi penggerak utama mata uang Garuda, khususnya ekspektasi kenaikan suku bunga di AS dan perkembangan perang Rusia - Ukraina.

Melansir data Refinitiv, rupiah langsung merosot 0,21% ke Rp 14.375/US$ begitu perdagangan dibuka. Depresiasi tersebut kemudian terpangkas menjadi 0,14% di Rp 14.365/US$ pada pukul 9:13 WIB.

Tanda-tanda pelemahan rupiah sudah terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.

PeriodeKurs Rabu (23/3) pukul 15:03 WIBKurs Kamis (24/3) pukul 8:56 WIB
1 PekanRp14.312,7Rp14.355,9
1 BulanRp14.339,0Rp14.358,0
2 BulanRp14.352,0Rp14.373,0
3 BulanRp14.369,0Rp14.390,0
6 BulanRp14.439,0Rp14.461,0
9 BulanRp14.534,0Rp14.558,0
1 TahunRp14.611,9Rp14.664,2
2 TahunRp15.019,0Rp15.018,0

Dari Amerika Serikat, kini semakin banyak pejabat elit bank sentral AS (The Fed) yang berbicara mengenai peluang kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin.

Di awal pekan ini, ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan siap menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin untuk meredam inflasi.

"Kami akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga. Secara khusus, jika kami menyimpulkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin tepat dilakukan, kami akan melakukannya. Dan jika kami memutuskan perlu melakukan pengetatan di luar dari kebiasaan yang normal, kami juga akan melakukannya," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (22/3/2022).

Kemudian Rabu kemarin, giliran Presiden The Fed San Francisco Mary Daly dan Presiden The Fed Cleveland Lorreta Mester yang mengindikasikan suku bunga bisa naik 50 basis poin di bulan Mei.

Selain itu, bank investasi Jefferies saat ini memproyeksikan suku bunga akan dinaikkan 50 basis poin pada bulan Mei dan Juni. Sebelumnya ada investasi Goldman Sachs yang memberikan proyeksi sama.

Goldman Sachs merupakan bank yang sebelumnya memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 7 di tahun ini. Prediksi tersebut jitu, dalam dot plot yang dirilis The Fed pekan lalu menunjukkan suku bunga akan dinaikkan di setiap pertemuan di tahun ini.

Semakin besarnya peluang kenaikan suku bunga 50 basis poin di bulan Mei membuat dolar AS kembali bertenaga, meski sebenarnya tidak terlalu kuat.

Selain itu perhatian kini tertuju ke Eropa, sebab pelaku pasar sedang menanti respon NATO terhadap perang Rusia-Ukraina. Presiden AS Joe Biden sudah tiba di Brussel dan bertemu dengan para pemimpin NATO yang disebut "extraordinary summit".

Dalam pertemuan tersebut akan dibahas apakah perlu melakukan intervensi militer. Jika itu dilakukan, maka perang dunia III akan pecah. Hingga saat ini NATO belum menggunakan kekuatan militernya, dukungan ke Ukraina dilakukan dengan memberikan peralatan tempur.

Selain itu, pertemuan NATO tersebut juga akan membahas sanksi baru yang akan diberikan ke Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular