
Bursa Asia Dibuka Merah, Nikkei-Hang Seng Ambles 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Kamis (24/3/2022), setelah harga minyak mentah dunia kembali melonjak di tengah masih terjadinya eskalasi konflik Ukraina.
Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,23%, Hang Seng Hong Kong merosot 1,02%, Shanghai Composite China melemah 0,63%, ASX 200 Australia turun 0,18%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,73%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura (STI) sempat dibuka melemah 0,28%. Namun selang 30 menit setelah dibuka, STI berbalik arah (rebound) dan menguat 0,34%.
Investor akan memantau pergerakan saham teknologi China yakni Tencent di bursa Hong Kong, setelah penjualan perseroan pada kuartal IV-2021 dilaporkan melambat.
Tencent juga mengatakan sedang 'menjajaki' perusahaan induk keuangan untuk WeChat Pay jika diperlukan oleh regulator China.
Dari data ekonomi, beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik telah merilis data pembacaan awal dari aktivitas manufaktur yang tercermin pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Maret 2022. Adapun negara tersebut yakni Australia dan Jepang.
Dari Australia, data awal PMI manufaktur periode Maret 2022 versi Markit dilaporkan naik menjadi 57,3, dari sebelumnya pada Februari lalu di angka 57.
Sedangkan dari Jepang, data awal PMI manufaktur periode Maret 2022 versi Jibun Bank (Markit) tercatat naik menjadi 53,2, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 52,7.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah pada hari ini mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang juga berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Rabu kemarin waktu setempat.
Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,29% ke level 34.358,5, S&P 500 ambrol 1,23% ke posisi 4.456,24, dan Nasdaq Composite ambruk 1,32% menjadi 13.922,6.
Investor kembali merespons negatif dari melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia kemarin, di tengah masih berlanjutnya eskalasi konflik Rusia-Ukraina.
Kemarin, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5,3% menjadi US$ 121,6 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,32% ke level US$ 114,35 per barel.
Meski masih melesat, tetapi penguatan harga minyak mentah pada pagi hari ini waktu Asia cenderung terpangkas, di mana harga minyak Brent melesat 1,36% ke level US$ 123,25 per barel, sedangkan harga minyak WTI terapresiasi 1,08% ke level US$ 116,17 per barel.
Harga minyak telah bergejolak selama berminggu-minggu sejak agresi militer Rusia ke Ukraina karena investor menilai adanya dampak perang terhadap pasokan minyak dunia, apalagi dengan adanya sanksi ekonomi dari Barat terhadap Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky meminta negara-negara lain untuk memberi tekanan terhadap Rusia dengan mengklaim konflik telah berada di jalan buntu. Dengan situasi demikian, investor aktivis terkenal, Carl Icahn memperkirakan ada potensi resesi ekonomi di AS.
Di lain sisi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun terus menguat hingga menyentuh 2,41% yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019.
Kenaikan terjadi sejak bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 0,25-0,5%. Hal itu merupakan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kali.
The Fed membuka peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp dan mengindikasikan kenaikan enam kali di tahun ini. Pada Senin lalu, Powell kembali menyatakan bahwa akan mengambil tindakan agresif terhadap inflasi.
"Masih sangat sulit mencoba mengukur bagaimana suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi inflasi, ekonomi, dan pertumbuhan laba emiten dan kemudian ditambahi dengan faktor perang yang memperberatnya," tutur Jack Ablin, Kepala Investasi Cresset Capital seperti dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
