
IHSG Masih Terus Pepet 7.000, Semoga Bisa Rekor Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,07% di level 6.996,11 pada perdagangan kemarin, Rabu (23/3/2022).
Asing kembali mencatatkan inflow jumbo dengan net buy di pasar reguler mencapai Rp 789,42 miliar.
Mayoritas bursa saham Asia kembali bergerak di zona hijau pada perdagangan kemarin. Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan dengan apresiasi 3% dan disusul Hang Seng yang naik 1,21%.
Kenaikan harga minyak mentah global kembali membuat pasar saham AS tertekan. Harga kontrak futures Brent menguat 5,68% ke level US$ 122,04/barel.
Negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina yang menemui jalan buntu membuat outlook pasokan energi semakin tidak menentu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus menyerukan agar negara-negara lain bersikap lebih keras kepada Rusia atas serangan yang belum juga berhenti.
Naiknya harga minyak membuat investor kembali ketar-ketir kalau inflasi bakal semakin susah dijinakkan meskipun The Fed secara agresif mengetatkan kebijakan moneternya lewat kenaikan suku bunga.
Inflasi yang tinggi dapat memicu perekonomian jatuh ke dalam resesi. Di sisi lain imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun tetap berada di atas 2,3% atau di level tertingginya dalam dua tahun terakhir.
Melihat pergerakan IHSG yang terkoreksi tipis kemarin, dan perkembangan sentimen global lantas bagaimana arah pergerakan IHSG dari sisi teknikal hari ini? Berikut ulasannya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG pekan lalu dan indikator BB, tampak bahwa indeks masih sangat dekat dengan level psikologis 7.000.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak turun terbatas ke level 60,74 dan RSI masih belum menunjukkan adanya tekanan jual yang berarti.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 dan garis EMA 26 berada di posisi berimpit dan bar histogram bergerak terbatas.
Jika melihat indikator teknikal maka ada peluang IHSG berpeluang terkonsolidasi terlebih dahulu. Indeks kembali berpotensi menguji level psikologis 6.917-7.024 untuk hari ini.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?