
Jerman Ogah 'Haramkan' Minyak Rusia, Harga Turun

Sentimen yang ikut mempengaruhi perkembangan harga minyak adalah konflik Rusia-Ukraina. Serangan Rusia ke Ukraina sudah berlangsung hampir sebulan dan belum ada tanda-tanda gencatan senjata.
Oleh karena itu, Negeri Beruang Merah terancam berbagai sanksi, salah satunya adalah larangan ekspor minyak. Amerika Serikat (AS) sudah melakukannya, minyak asal Rusia 'haram' memasuki tanah Negeri Adidaya.
Awal pekan ini, beredar kabar Uni Eropa akan menempuh kebijakan serupa. Namun sepertinya negara-negara anggota Uni Eropa belum sepakat bulat soal itu. Sebab, sejumlah negara di Benua Biru masih amat tergantung terhadap pasokan minyak dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
"Pertanyaan soal embargo minyak ini bukan apakah kami mau atau tidak, tetapi seberapa besar ketergantungan kami terhadap minyak. Jerman banyak mengimpor (minyak dari Rusia), dan ada pula negara-negara anggota Uni Eropa lain yang belum bisa menghentikan impor minyak," tegas Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Jerman, sebagaimana diwartakan Reuters.
Jerman adalah negara dengan perekonomian terbesar di Eropa. Oleh karena itu, suara Negeri Panser akan sangat menentukan keputusan Uni Eropa, tidak bisa dianggap remeh. Tanpa restu Jerman, sangat mungkin embargo terhadap minyak Rusia oleh Uni Eropa tidak akan terjadi.
Artinya, minyak Rusia masih bisa masuk ke negara-negara lain di Eropa. Ini membuat pasokan belum seret-seret amat sehingga harga untuk sementara berhenti melambung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
