Economic Outlook 2022
Jurus Sri Mulyani Tarik Utang Saat Inflasi AS Meroket

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mencapai 7,9% ternyata berimbas terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Terutama dalam hal utang.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022)
"Kita ada di dalam suasana semua bergerak. Kita liat gerakan bisa pusing sendiri. Jadi ini memang membutuhkan analitical apa yang paling penting dan apa yang bisa diselesaikan untuk masa depan RI karena guncangan besar dan sangat luar biasa," ungkapnya.
Lonjakan inflasi AS mendorong Bank Sentral menaikkan suku bunga acuan. Sudah dimulai pada pekan lalu dan diperkirakan akan terjadi sebanyak 7 kali hingga akhir tahun. Dampaknya akan terasa di pasar keuangan, salah satunya kenaikan pada yield SBN.
Menurut Sri Mulyani pemilihan waktu penerbitan kini menjadi sangat penting, agar tidak terjebak amukan investor. Indonesia juga bisa terhindar dari beban bunga utang yang tinggi.
"Sekarang orang udah mulai melihat The Fed akan begini, perang akan begini dan market mulai gerak lagi. Jadi timing jadi penting," jelasnya.
Posisi APBN, kata Sri Mulyani saat ini dalam kondisi yang terjaga. Artinya defisit perlahan turun, bahkan lebih rendah dari yang diperkirakan dan siap menuju 3% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun depan.
Ini ditopang oleh penerimaan negara yang meningkat drastis akibat lonjakan harga komoditas dan pemulihan ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, pemerintah juga mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia (BI) melalui SKB untuk menambal kebutuhan belanja negara pada tahun ini sekitar Rp 200 triliun.
"Jadi pengelolaan keuangan negara dan utang dilakukan secara dinamis dengan moving yang sangat kompleks ini. Jadi space fiskal kita masih ada," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Mantap Bu Sri Mulyani! RI Batal Tarik Utang Baru Rp 300 T
(mij/mij)