Economic Outlook 2022

Bos BCA & BNI Beberkan Sederet Tantangan Perbankan RI di 2022

Khoirul Anam & Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
22 March 2022 14:20
CNBC Indonesia Economic Outlook, BNI
Foto: Suasana CNBC Indonesia Economic Outlook 2022 (Tangkapan Layar CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia diproyeksikan masuk masa pemulihan meski masih di tengah pandemi Covid-19. Penanganan pandemi dan gencarnya vaksinasi menjadi katalis positif bagi perekonomian.

Meski demikian masih terdapat sejumlah tantangan yang membayangi perekonomian Indonesia. Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan kenaikan harga komoditas menjadi peluang dan dilema.

Dari sisi harga produksi akan terjadi kenaikan, terutama di industri makanan yang menggunakan gandum dan minyak. Dengan begitu ada potensi kenaikan harga pada produk, sehingga akan ada tekanan pada masyarakat.

"Kami sedang mengamati, juga persediaannya. Minyak saja bisa naik turun, sehingga orang membangun inventory. Ini juga membuat perusahaan sangat berat saya pikir kalau kami dorong produsen dalam negeri. Kami harap UMKM makin kuat dengan produk lokal dan mengantisipasi gejolak harga," kata Jahja dalam CNBC Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Royke Tumilaar mengatakan tantangan perekonomian tanah air meliputi inflasi, terutama dari sisi global. Menurutnya harus dicermati juga kecenderungan dalam menumpuk inventory, yang bisa menjadi beban bagi bank.

"Selain itu kami juga mendengar ada pabrik besi di Eropa yang terkena imbas perang, ini akan mengakibatkan industri alat berat akan shock. Mungkin kapal akan mahal, sehingga tidak ada pembangunan kapal baru," kata Royke.

"Kami juga harus hati-hati, jangan sampai terjebak untuk pembiayaan yang akhirnya tertutup dengan harga komoditi atau harga barang yang marginnya cukup tinggi. Tapi antara cost dan margin tidak tertutup."

Selain itu, kata Royke, suku bunga The Fed juga akan berpengaruh pada suku bunga negara lainnya, termasuk di Indonesia. Dia menegaskan, jangan sampai berimbas pada nasabah karena pasar yang belum terlalu bergairah.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB RI Diramal Tumbuh 4-7% - 5,5% di 2022, Ini Pendorongnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular