Laba Bersih TBIG Tumbuh 53% Jadi Rp 1,55 T Pada 2021

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Senin, 21/03/2022 18:13 WIB
Foto: Fitch Afirmasi Peringkat TBIG 'BB-'/A+ (IDN) (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencetak pendapatan Rp 6,18 triliun di sepanjang 2021.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Senin (21/3/2022), pendapatan tersebut meningkat 15,99% secara tahunan atau year-on-year (yoy), dari Rp 5,33 triliun di akhir 2020.

Bersamaan dengan meningkatnya pendapatan tersebut, beban pokok pendapatan perseroan juga meningkat menjadi Rp 1,47 triliun, dari Rp 1,09 triliun pada tahun sebelumnya.


Meski beban meningkat, laba kotor perseroan juga tercatat naik di 2021. Emiten berkode saham TBIG ini membukukan laba kotor sebesar Rp 4,7 triliun, naik 11,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,23 triliun.

Meningkatnya laba bruto perseroan ini turut mengerek laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 1,55 triliun di 2021. Jumlah ini naik 53,42% dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp 1 triliun.

Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, mengatakan, 2021 merupakan tahun dengan rekor pertumbuhan.

"Melalui pertumbuhan organik yang kuat serta akuisisi portofolio menara. Pada tahun 2021, kami menambahkan 7.633 penyewaan kotor yang terdiri dari 4.348 sites telekomunikasi dan 3.285 kolokasi ke portofolio kami," ungkap Liong dalam siaran pers, Senin (21/3/2022).

Sepanjang 2021, total aset perseroan juga meningkat 14,65% menjadi Rp 41,87 triliun, dibandingkan dengan akhir 2020 sebesar Rp 36,5 triliun.

Meningkatnya aset ini dikontribusi oleh naiknya aset tetap perseroan menjadi Rp 33,63 triliun di akhir 2021, dari Rp 28,7 triliun di akhir 2020.

Total liabilitas perseroan juga meningkat 17,87% per 31 Desember 2021 menjadi Rp 32,08 triliun, dari Rp 27,2 triliun di 31 Desember 2020.

Liabilitas perseroan meningkat akibat naiknya pos surat utang jangka panjang perseroan menjadi Rp 17,67 triliun, dari Rp 6,66 triliun secara tahunan.

Sementara itu, total ekuitas perseroan juga meningkat 5,22% dari Rp 9,3 triliun di akhir 2020, menjadi Rp 9,7 triliun di akhir 2021.
Adapun total kas dan setara kas perseroan pada akhir tahun turun dari Rp 947,3 miliar di 2020, menjadi Rp 629,1 miliar di akhir 2021.

Perseroan menyebutkan kalau pihaknya memiliki struktur utang yang konservatif, dengan sumber pendanaan yang terlindung nilai sepenuhnya.

"Sumber pendanaan yang terdiversifikasi, dan komitmen atas ketersediaan dari pinjaman yang belum ditarik. Pada akhir Oktober, kami menetapkan penawaran surat utang dengan tenor 5,5 tahun dan jumlah keseluruhan sebesar US$ 400 juta dengan tingkat suku bunga 2,80% Surat Utang Tanpa Jaminan Yang Didahulukan, yang merupakan spread paling minimal dari obligasi korporasi non-BUMN Indonesia," jelas Helmy Yusman Santoso, CFO dari TBIG.

TBIG juga secara reguler mengakses pasar Obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V yang berlaku sampai Agustus 2023.

Penerbitan surat utang ini merupakan bagian dari rangkaian penawaran umum berkelanjutan (PUB) perseroan yang menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp 15 triliun.

Penerbitan Obligasi Berkelanjutan V Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2022 ini akan dibagi dalam dua seri. Seri A menawarkan pokok obligasi senilai Rp 1,70 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 3,75% per tahun. Obligasi ini bertenor selama 370 hari kalender.

Sedangkan, Seri B akan menawarkan pokok obligasi senilai Rp 500 miliar dengan tingkat bunga tetap 5,90% per tahun dengan tenor selama tiga tahun.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pizza Hut Indonesia Cetak Laba di Kuartal I-2025