Cerita Yusuf Mansur Bikin Paytren & 'Nyerah' Lalu Dijual

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 March 2022 13:45
Instagram @yusufmansurnew
Foto: Instagram @yusufmansurnew

Jakarta, CNBC Indonesia - Ustaz Yusuf Mansur dikabarkan akan menjual kepemilikan saham di PayTren Aset Manajemen (PAM). Perusahaan telah mengumumkan di media massa terkait rencana penjualan tersebut.

Dalam pengumuman disebutkan pemegang saham pengendali akan menjual 100% saham perseroan yang diterbitkan kepada pihak lain.

Selanjutnya pelaksanaan jual beli tersebut hanya akan dilakukan setelah diperolehnya persetujuan yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta anggaran dasar perseroan dan pembeli, serta terpenuhinya kondisi-kondisi yang telah disepakati antara pembeli dan pemegang saham pengendali.

Dalam pengumuman disebutkan pemegang saham pengendali akan menjual 100% saham perseroan yang diterbitkan kepada pihak lain.

Selanjutnya pelaksanaan jual beli tersebut hanya akan dilakukan setelah diperolehnya persetujuan yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta anggaran dasar perseroan dan pembeli, serta terpenuhinya kondisi-kondisi yang telah disepakati antara pembeli dan pemegang saham pengendali.

CNBC Indonesia mencoba menghubungi Yusuf Mansur melalui layanan pesan singkat. Namun Yusuf masih belum memberikan penjelasan terkait penjualan saham pengendali miliknya di Paytren.


BERSAMBUNG HALAMAN SELANJUTNYA >>


Ustaz Yusuf Mansur merupakan sosok yang dikenal sebagai da'i ataupun penceramah. Tapi sudah beberapa tahun terakhir dia lebih banyak tampil sebagai sosok pengusaha dan investor.

Sebelum membangun Paytren, Ustaz Yusuf Mansur yang kerap dipanggil UYM pertama kali menjalankan bisnis penghimpunan dana investasi yang bernama Condotel Moya Vidi.

Namun bisnisnya itu tidak berjalan mulus karena tersandung masalah perizinan. Bahkan, UYM sempat diadukan oleh investornya dengan tuduhan penipuan investasi.

Merasa tidak kapok, dia menjajal kembali bisnis network yang bernama Veritra Sentosa Internasional alias PayTren.

Di bisnisnya itu, Yusuf kembali tersandung, lagi-lagi karena masalah perizinan. PayTren yang melayani fasilitas pembayaran uang elektronik itu dihentikan oleh Bank Indonesia (BI) pada September 2017, lantaran belum mendapatkan izin.

BI menilai, PayTren sudah memiliki floating fund atau dana beredar di atas Rp 1 miliar, sehingga perusahaan harus mengajukan izin.

Namun, penghentian tersebut tak berlangsung lama karena telah mendapatkan izin dan resmi beroperasi dengan memperkenalkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam perkenalan tersebut, PAM juga meluncurkan 2 produk reksadana syariahnya yang bernama Dana Falah dan Dana Safa.

UYM berminat masuk ke industri reksa dana untuk meningkatkan jumlah investor. Meski literasi keuangan saat itu masih terbilang rendah, Yusuf percaya, dengan dakwah yang disampaikannya sekaligus bisa digunakan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih melek investasi.

"Literasi kan bidang yang saya suka, saya kan ustadz jadi demen mengajar jadi (literasi) lewat dakwah, lewat apps dan banyak sekali saluran yang membuat masyarakat paham," kata Yusuf di Gedung Bursa Efek Indonesia, pada waktu itu.

Yusuf Mansyur mengatakan reksa dana ini ditujukan untuk investor-investor ritel, khususnya pengguna Paytren Payment Gateway sehingga targetnya hingga akhir ini jumlah investornya bisa mencapai 10 juta, inline dengan target pengguna Paytren.

Direktur Utama Paytren Aset Manajemen Ayu Widuri mengungkapkan rencana penjualan saham itu memang dilakukan untuk mencapai tujuan atau visi-misi perusahaan.

Ayu menjelaskan Paytren Aset Manajemen ini merupakan manajer investasi syariah pertama di Indonesia. "Kita lihat potensi pasar syariah ini besar. Diharapkan bisa lebih besar lagi dan ini tentu perlu support dari pemegang saham pengendali. (Penjualan saham) ini tentunya menjadi pilihan pengendali," kata dia.

Dana Kelolaan PAM per Februari 2022 tinggal Rp 1,6 miliar. Turun dibandingkan periode tahun 2021 yang masih berada di kisaran Rp 13 miliar.

Pada 2020 AUM milik PAM ini sempat berada di level Rp 3 miliar. Puncak tertinggi AUM milik PAM ini berada pada 2019 yaitu sebesar Rp 33,9 miliar.

Ayu mengungkapkan memang sebelumnya PAM memiliki tiga produk reksa dana.

"Sekarang tinggal 1 di pasar uang itu. Karena pandemi mungkin orang mengurangi investasi dan reksa dana pasar uang tinggal nasabah ritel dan new investor," kata dia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular