Harga Minyak Mentah Dunia Longsor Lagi Pekan Ini, Ambruk 4%

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 March 2022 10:40
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia pada pekan ini kembali ambles lebih dari 4% sepanjang pekan ini, karena investor masih melakukan aksi jual bersih setelah pada awal Maret lalu harganya melesat cukup tinggi.

Harga minyak kontrak Brent ambruk 4,21% dibanding posisi penutupan pekan lalu ke level US$ 107,93/barel. Sedangkan untuk minyak kontrak West Texas Intermediate (WTI) ambles 4,23% ke US$ 104,7/barel pekan ini.

Sudah dua pekan terakhir harga minyak mentah acuan dunia ambles, meski harganya masih di atas level psikologis US$ 100/barel.

Namun secara harian, harga minyak mentah pada pekan ini masih cenderung berfluktuasi, di mana pada perdagangan Senin hingga Rabu pekan ini, harga minyak terkoreksi cukup parah, namun pada Kamis dan Jumat, harganya kembali melonjak.

Sebelumnya pada awal bulan ini, harga minyak sempat melonjak ke level tertinggi barunya, karena investor merespons dari sanksi Negara Barat terhadap Rusia akan kebijakan ekspor minyak mentah.

Beberapa pengamat mengatakan jika sanksi Barat terkait minyak Rusia terus berlarut-larut, maka hal ini dapat menyebabkan krisis pasokan di dunia, yang tentunya dapat mendorong kenaikan inflasi yang lebih lanjut.

"Suasana telah sedikit gelap," kata Wakil Presiden energi berjangka di Mizuho Securities, Robert Yawger, dikutip CNN Business.

"Sepertinya ini akan menjadi situasi yang berlarut-larut," tegasnya lagi.

Hal sama juga dikatakan analis minyak AS di Kpler, Matt Smith. Semakin lama perang, ia berujar semakin besar encaman terhadap alisan minyak Rusia.

"Mengingat tindakan Putin belakangan ini, kita seharusnya tidak terlalu berharap," tegasnya.

Sebelumnya, Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memperingatkan produksi minyak Rusia dapat berhenti 30% dalam beberapa minggu. Dunia diyakini akan berpotensi diserang krisis pasokan.

"Berkurangnya pasokan minyak Rusia di pasar tersebut jauh lebih besar dibandingkan perkiraan penurunan permintaan sebesar 1 juta barel per hari yang dipicu oleh lonjakan harga minyak," kata IEA dalam sebuah laporan pada Rabu lalu.

Di lain sisi, Morgan Stanley menaikkan perkiraan harga Brent sebesar US$ 20 per barel untuk kuartal ketiga 2022 menjadi US$ 120 per barel, memprediksi penurunan produksi Rusia sekitar 1 juta barel per hari mulai April.

Penurunan produksi minyak Rusia tersebut akan lebih besar dibandingkan penurunan permintaan global sekitar 600.000 barel per hari, kata bank tersebut.

"Baik pasokan dan permintaan menurun, tetapi pasokan saat ini lebih buruk dan pasar minyak yang ketat diperkirakan terjadi pada dua kuartal mendatang," kata bank SEB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Ambruk, Ramalan Tembus US$ 100/Barel Batal?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular