
Mata Uang Asia Rontok! Rupiah Terburuk Ketiga

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (18/3) setelah mencatat penguatan dalam 3 hari beruntun. Pergerakan pasar mata uang masih dipengaruhi pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).
Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan stagnan, tetapi tidak lama langsung terdepresiasi. Rupiah tercatat melemah hingga 0,31% sebelum terpangkas dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.340/US$ atau melemah 0,28%.
Tanda-tanda rupiah bakal melemah sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah sore ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Jumat (18/3) pukul 8:56 WIB | Kurs Jumat (18/3) pukul 15:02 WIB |
1 Pekan | Rp14.312,0 | Rp14.319,2 |
1 Bulan | Rp14.330,0 | Rp14.351,0 |
2 Bulan | Rp14.343,0 | Rp14.366,0 |
3 Bulan | Rp14.362,5 | Rp14.386,5 |
6 Bulan | Rp14.442,5 | Rp14.477,0 |
9 Bulan | Rp14.555,0 | Rp14.580,0 |
1 Tahun | Rp14.670,0 | Rp14.698,0 |
2 Tahun | Rp15.062,0 | Rp15.107,5 |
Tidak hanya rupiah, semua mata uang Asia juga melemah melawan dolar AS. Dengan depresiasi sebesar 0,28%, rupiah hari ini menjadi yang terburuk ketiga, hanya lebih baik dari dolar Taiwan yang melemah 0,43% dan peso Filipina sebesar 0,37%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:07 WIB.
Seperti diketahui pada Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan di akhir tahun nanti suku bunga akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunganya di tahun ini.
Dalam dot plot yang dirilis, sebanyak 10 anggota Komite Kebijakan Moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) melihat suku bunga bisa dinaikkan hingga 7 kali di tahun ini, sebanyak 8 anggota lainnya bahkan melihat bisa lebih dari itu.
Dengan kenaikan sebanyak 7 kali, maka di akhir tahun ini suku bunga akan berada di kisaran 1,75% - 2%. The Fed akan melakukan 6 kali lagi rapat kebijakan moneter di 2022, artinya akan selalu ada kenaikan sebesar 25 basis poin di setiap pertemuan.
Selain The Fed, Bank Indonesia (BI) juga mengumumkan kebijakan moneter kemarin, dan mempertahankan suku bunganya sebesar 3,5% kemarin. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
"Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya," kata Perry.
Setelah BI, giliran bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang mengumumkan kebijakannya hari ini. BoJ masih tetap mempertahankannya di level -0,1% dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini. Selain itu, stimulus moneter dengan mempertahankan yield obligasi tenor 10 tahun di dekat 0% juga tetap dipertahankan.
Dengan kata lain, tidak ada perubahan kebijakan yang diambil bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini. Bahkan, sinyal untuk mengetatkan kebijakan moneter di tahun ini juga tidak ada. Sebaliknya BoJ malah memperingatkan perang Rusia dan Ukraina menimbulkan ketidakpastian yang sangat tinggi.
"Perekonomian Jepang sedang membaik menjadi tren" tulis pernyataan BoJ yang dikutip Reuters.
Menurut Reuters, pernyataan tersebut terlihat kurang optimistis dibandingkan awal tahun ini ketika menyebut "perekonomian menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang jelas".
"Dengan inflasi dan pertumbuhan upah yang tertinggal dari negara lainnya, BoJ tidak memiliki pilihan selain bersabar dan mempertahankan stimulus moneternya sampi masa jabatan Kuroda habis pada April 2023," kata Hiroshi Shiraishi, ekonom senior di BNP Paribas Securities sebagaimana dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
