Saham SUPR Sudah Tak Digembok, Tapi Masuk Pemantauan Khusus

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
18 March 2022 10:20
Dok Solusi Tunas Pratama
Foto: Dok Solusi Tunas Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham emiten tower PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) mulai perdagangan Jumat (18/3/2022).

Sebelumnya, pihak bursa 'menggembok' saham SUPR sejak 24 Februari 2022 usai terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham tersebut.

Seiring dengan dibukanya suspensi, BEI memasukkan saham SUPR ke dalam daftar saham dalam pemantauan khusus bersama dengan 21 saham emiten lainnya.

Dalam daftar tersebut, saham SUPR mendapat notasi 10. Notasi ini berarti suatu saham dikenakan penghentian sementara perdagangan saham selama lebih dari 1 Hari Bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.

Pada 17 Februari lalu, pihak SUPR sendiri telah menjelaskan kepada bursa bahwa perusahaan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan atau keputusan investasi pemodal.

Kemudian, pada 1 Maret 2022, SUPR juga telah melaksanakan paparan publik (public expose) insidentil.

Dalam sesi tanya-jawab dengan peserta public expose, SUPR menegaskan bahwa pasca diakuisisi oleh anak usaha emiten tower Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), SUPR tetap akan terus menjalankan bisnis inti perusahaan, yaitu penyewaan menara telekomunikasi.

"Perseroan menargetkan penambahan di kisaran 400 tower dan 600-700 penyewaan baru di tahun ini," jelas manajemen dalam public expose insidentil.

Lebih lanjut, manajemen bilang, pendapatan ditargetkan bertumbuh antara 5-6% tahun ini.

Adapun, alokasi belanja modal (capex) di kisaran Rp 700 - 800 miliar, "yang terutama untuk capex penambahan menara dan penyewaan menara," kata manajemen SUPR.

Asal tahu saja, total menara SUPR saat ini sekitar 6.900 menara dan jumlah penyewaan tenant sekitar 12.800 per akhir Desember 2021.

Kemudian, ketika ditanya soal rencana go private atau hengkang dari bursa setelah diakuisisi Protelindo, manajemen SUPR menjelaskan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pemegang saham pengendali memiliki waktu 2 tahun sejak pelaksanaan penawaran tender wajib (mandatory tender offer/MTO) terkait pemenuhan kewajiban pengalihan kembali saham pasca pelaksanaan MTO maupun pemenuhan ketentuan Bursa.

"Sampai saat ini Perseroan masih mendiskusikan hal tersebut dengan pemegang saham pengendali," imbuh manajemen SUPR.

Sementara, harga saham SUPR masih stagnan di Rp 70.975/unit, dengan nilai transaksi baru Rp 21,29 juta dan volume 300 saham serta frekuensi sebanyak 3 kali.

Harga saham SUPRĀ sendiri saat ini menjadi yang paling tinggi di BEI, di atas harga sahamĀ emiten Grup Sinar Mas yang bergerak di bidang pertambangan, teknologi, dan penyediaan tenaga listrik, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang sebesar Rp 44.000/unit.

Sebenarnya, transaksi saham SUPR memang tidak begitu ramai.

Ambil contoh, ketika melesat tinggi hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 20% selama 16-23 Februari lalu, nilai transaksi saham SUPR hanya berada di rentang Rp 9 juta - 749 juta, dengan volume 200 sampai 12.000 saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca Diakuisisi Anak Usaha TOWR, SUPR Sinyalkan Go Private?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular