Balada HMSP, Sempat Rp 5.500 Kini Rp 900-an, Masih Blue Chip?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak menyentuh level tertinggi pada awal 2018, harga saham emiten produsen rokok, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), terus berada dalam tren penurunan.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham HMSP ditutup turun 1,07% ke Rp 925/unit pada hari ini, Kamis (17/3/2022), di tengah aksi jual bersih oleh asing sebesar Rp 1,85 miliar.
Dalam sebulan terakhir, saham HMSP sudah turun 3,14%, sedangkan sejak awal tahun (ytd) merosot 4,15%.
Adapun, menilik setahun belakangan, harga saham anak usaha Philip Morris Indonesia ini terjungkal hingga minus 31,99%.
Bahkan, dalam 5 tahun terakhir, saham HMSP sudah 'terjun' hingga minus 76,76%.
Semenjak melakukan stock split atau pemecahan nominal saham per 14 Juni 2016, saham produsen brand rokok Sampoerna U-Mild ini cenderung turun.
Memang, sejak stock split tersebut, saham HMSP sempat mencapai rekor kenaikan tertinggi pada 23 Januari 2018 yakni ke level Rp 5.500. Namun setelah itu, saham ini cenderung bergerak 'menuruni gunung' hingga hari ini.
Informasi saja, sebelum stock split harga saham HMSP berada di level Rp 97.000/saham. Dengan harga yang terbilang premium ini, manajemen bermaksud untuk melakukan stock split agar saham mudah dikoleksi oleh investor publik.
Asal tahu saja, stock split dilaksanakan dengan rasio 1:25 pada Juni 2016. Pada penutupan hari pertama setelah stock split, 14 Juni 2016, saham HMSP berada di posisi RP 3.880/saham.
Selain harga saham yang terus dalam fase penurunan, pada Januari lalu, HMSP juga keluar dari IDX30, bersama dengan kompetitornya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Asal tahu saja, IDX30 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Di samping itu, kinerja fundamental HMSP juga sedang tertekan.
Berdasarkan laporan keuangan paling mutakhir, HMSP mencatatkan laba bersih senilai Rp 5,55 triliun dalam periode yang berakhir pada September 2021 atau per kuartal III-2021.
Laba bersih ini turun 19,62% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari Rp 6,91 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Turunnya laba bersih ini juga menggerus laba bersih per saham menjadi sebesar Rp 48 dari sebelumnya Rp 59.
Nilai laba bersih HMSP turun kendati pendapatan perusahaan bertambah menjadi Rp 72,51 triliun atau tumbuh 6,99% YoY dari Rp 67,78 miliar di akhir kuartal ketiga 2020 lalu.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan ini, beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 59,78 triliun dari Rp 53,54 triliun.
Di tengah tekanan industri yang ada, HMSP, dan produsen rokok lainnya, juga masih harus memikirkan 'jurus' bisnis yang efektif untuk menahan dampak dari kenaikan cukai tembakau baru-baru ini.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menaikkan cukai untuk produk tembakau rata-rata sebesar 12% mulai 1 Januari 2022. Dengan kenaikan tersebut sejumlah jenis rokok mengalami kenaikan harga cukup signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)