Dolar AS Tergelincir, Harga Tembaga Melejit

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 March 2022 11:49
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia menguat dan kembali ke level US$ 10.000/ton jelang siang hari ini. Pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (AS) jadi pendorong.

Pada Kamis (17/3/2022) pukul 10:15 WIB harga tembaga tercatat US$ 10.160/ton, melejit 1,03% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Indeks dolar AS turun 0,26% dari posisi kemarin menjadi US$ 98,36 setelah pengumuman kenaikan suku bunga Federal Reserve sebesar 25 basis poin, yang sesuai dengan ekspektasi pasar.

Ini jadi sentimen positif bagi harga tembaga dunia.Sebab tembaga yang dibanderol dengan greenbackmenjadi lebih murah dibandingkan mata uang lainnya. Permintaan pun meningkat, maka harga akan naik.

Kenaikan suku bunga secara historis menjadi 'musuh' bagi harga komoditas. Namun saat ini belum memberikan efek signifikan karena konflik di Eropa Timur yang masih berlangsung di tengah persediaan logam yang terus susut.

Pasokan tembaga yang dipantau oleh bursa logam London (LME) masih berada di area terendah. Pada 15 Maret persediaan di gudang tercatat 77.475 ton, turun 71% dibanding puncak persediaan pada Agustus 2021.

Penurunan persediaan disebabkan oleh melemahnya pasokan dan meningkatnya permintaan. Di China persediaan tembaga di pasar utama turun 9.100 ton per 14 Maret, dari Jumat lalu menjadi 206.900 ton berdasarkan data SMM.

China sendiri adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista. Sehingga pasokan dari China mampu mempengaruhi laju harga tembaga dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anti Gravitasi! Harga Tembaga 'Terbang' Lagi...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular