Minyak Mentah di Bawah US$ 100/Barel, Rupiah Siap Melesat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 16/03/2022 08:15 WIB
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.325/US$ Selasa kemarin. Sebelumnya, Mata Uang Garuda juga sempat kembali ke bawah Rp 14.300/US$, ditopang data neraca perdagangan Indonesia yang mencatat surplus 22 bulan beruntun memberikan sentimen positif ke rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan nilai impor bulan lalu sebesar US$ 16,64 miliar. Tumbuh 25,43% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara ekspor Indonesia pada Februari 2022 sebesar US$ 20,46 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan masih membukukan surplus US$ 3,82 miliar.


Surplus yang sudah terjadi dalam 22 bulan beruntun tersebut juga membantu transaksi berjalan (current account) mencatat surplus di tahun 2021 lalu, menjadi yang pertama dalam 10 tahun terakhir.

Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial bagi pergerakan rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil ketimbang pos Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) lainnya, yakni transaksi modal dan finansial.

Sementara itu jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) sentimen pelaku pasar masih cukup bagus yang membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah pada perdagangan Rabu (16/3).

Membaiknya sentimen pelaku pasar salah satunya dipicu harga minyak mentah yang terus merosot, jenis Brent bahkan kini sudah di bawah US$ 100/barel. Penururunan tersebut sedikit melegakan kecemasan akan terus meningkatnya inflasi sehingga bisa menekan pertumbuhan ekonomi bahkan terjadinya stagflasi. 

Bagusnya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang mampu menguat tajam pada perdagangan Selasa waktu setempat. 

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan melihat rupiah yang disimbolkan USD/IDR menguat tipis kemarin dan masih berada di atas rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) dan 200, tetapi masih di bawah MA 50.

Indikator Stochastic pada grafik harian kini berada di kisaran 40. Sementara pada 1 jam sudah mencapai jenuh beli (oversold).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic pada grafik 1 jam yang kembali ke wilayah oversold bisa menjadi sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Grafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Selain itu, pada grafik 1 jam terlihat rupiah sudah menutup celah (gap) yang dibuat pada Kamis (10/3) lalu, hal ini bisa menjadi tenaga tambahan untuk menguat.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.324/US$ hingga Rp 14.315/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.280/US$.

Sebaliknya selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.360/US$ hingga Rp 14.370/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS