
Bursa Asia Berjatuhan Lagi, Cuma Nikkei-STI yang Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (15/3/2022), meski kabar positif dari rilis beberapa data ekonomi China datang hari ini.
Hanya indeks Nikkei Jepang dan Straits Times Singapura (STI) yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks Nikkei ditutup menguat 0,15% ke level 25.346,48 dan STI berakhir naik 0,12% ke posisi 3.236,04.
Sedangkan sisanya kembali berjatuhan. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk hingga 5,72% ke level 18.415,08, Shanghai Composite China anjlok hingga 4,95% ke 3.063,97, KOSPI Korea Selatan merosot 0,91% ke 2.621,53, ASX 200 Australia terkoreksi 0,73% ke 7.097,4, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,49% ke posisi 6.918,185.
Indeks Hang Seng kembali memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik dan ambruk lebih dari 5% karena kembali jatuhnya saham-saham teknologi China akibat investor merespons negatif dari adanya laporan bahwa saham Tencent dapat dikenakan denda cukup besar karena terindikasi melanggar aturan anti pencucian uang.
Indeks Hang Seng Tech ambruk hingga 8,1%, setelah sempat rebound singkat ke wilayah positif pada perdagangan intraday hari ini.
Saham Tencent longsor hingga 10,19%, sedangkan saham teknologi China lainnya yakni saham Alibaba anjlok 11,93%, JD.com ambruk 10,06%, dan NetEase ambles 7,68%.
"Prospek denda yang terbilang besar di Tencent atas pelanggaran peraturan pencucian uang membuat investor khawatir bahwa tindakan keras Beijing yang tidak jelas terhadap saham teknologi dapat terus mempengaruhi saham teknologi di China dan Hong Kong," kata Vishnu Varathan, bankir Mizuho Bank, dikutip dari CNBC International.
Selain itu, investor di China dan Hong Kong juga masih merespons negatif dari melonjaknya kembali virus corona (Covid-19) di Negeri Panda.
Pandemi Covid-19 di China saat ini menjadi yang terburuk sejak puncak pandemi pada tahun 2020 lalu, dengan kota-kota besar termasuk Shenzhen kembali memberlakukan pembatasan aktivitas bisnis.
Padahal pada hari ini, data ekonomi yang dirilis cukup positif, di mana data output industri naik 7,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Januari dan Februari 2022 dan lebih tinggi dari prediksi analis dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan 3,9% (yoy).
Sedangkan, data penjualan ritel China pada periode dua bulan pertama tahun 2022 juga terbilang positif, yakni naik 6,7% dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 3%.
Di lain sisi, investor di Asia juga terus memantau perkembangan terbaru dari konflik antara Rusia-Ukraina, di mana pasar dunia terus diterpa oleh berbagai peristiwa perang antara Rusia dan Ukraina, sehingga merenggut banyak korban jiwa dan kehancuran di Ukraina.
Diskusi diplomatik antara pejabat Rusia dan Ukraina telah digelar pada Senin (14/3) dalam upaya untuk membangun ceasefire (diartikan sebagai kesepakatan yang dinegosiasikan untuk mengurangi ketegangan) yang solid dan kompromi atas permintaan Rusia terhadap Ukraina.
Tapi seperti upaya sebelumnya, putaran diskusi keempat berakhir dengan sedikit kemajuan dan akan dilanjutkan pada hari ini.
Investor di Asia juga berfokus pada bank sentral Amerika Serikat (AS), the Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bp) pada akhir pertemuan dua harinya, yang akan dimulai pada hari ini.
Investor juga masih menunggu proyeksi The Fed untuk suku bunga acuan, inflasi dan arah ekonomi, di tengah ketidakpastian yang meningkat karena masih panasnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
