
Brol! Batu Bara Ambrol 7%...

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal acuan global Newcastle masih loyo. Pada perdagangan Senin (14/3/2022) harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di level US$ 336,15/ton, ambrol 7,05% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Penurunan tersebut bahkan lebih dalam dibandingkan pada Jumat lalu yakni 1,7%. Koreksi harga batu bara terus berlangsung sejak Selasa (8/3/2022). Harga batu bara sempat meningkat 0,28% pada hari Rabu (9/3/2022) tetapi terus terkoreksi setelah Kamis (10/3/2022) hingga kemarin.
Bila dihitung, harga batu bara sudah turun 13,61% selama sepekan.
Penurunan harga batu bara yang terus berlangsung salah satunya disebabkan oleh tingginya harga komoditas tersebut dalam sebulan terakhir. Harga si batu hitam selama sebulan masih tercatat naik 50,7% dan 301,94% selama setahun.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan penurunan harga batu bara pekan lalu karena memang karena pasar sudah mulai khawatir dengan tingginya harga batu bara mengingat harga nya sudah menyentuh faktor psikologis.
"Kenaikan harga di atas US$400/ton di luar perkiraan semua analis sepanjang 2022 ini karena kemarin-kemarin gencarnya akan dikembangkan terkait energi bersih. Bahkan di beberapa negara Eropa sudah tidak menggunakan batu bara lagi," tutur Mamit, kepada CNBC Indonesia.
Kendati terus turun, harga batu bara diperkirakan masih akan meningkat karena permintaan yang masih cukup tinggi di tengah terganggunya pasokan dari Rusia. Rystad Energy bahkan memperkirakan harga batu bara dapat melewati US$ 500/ton tahun ini. Kenaikan harga terutama karena krisis Rusia-Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan perusahaan global juga perlu menghentikan pembelian batu bara dan gas dari Rusia.
Dalam briefing mengenai sanksi terhadap ekonomi Rusia pada Senin (14/3/2022), Kuleba menilai Rusia berada di ambang default dan keruntuhan ekonomi. "Saat ini kami sedang bersiap memberikan sanksi putaran keempat kepada Rusia," katanya seperti dilansir CNN International.
"Kami sedang bekerja untuk membuat negara-negara Uni Eropa menyerahkan sumber energi Rusia. Masalah khusus adalah Jerman, di mana kami tahu ini adalah keputusan yang sulit, tapi kami tengah bekerja dengan mereka," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buset, Harga Batu Bara Turun Terus! Seminggu Rontok 33%...