Saham ADRO-INDY Cs ARB, Kilau Batu Bara Mulai Pudar?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten batu bara ditutup berguguran dan beberapa di antaranya menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% pada perdagangan Senin (14/3/2022).
Selain investor yang tampaknya masih merealisasikan keuntungan, merosotnya harga saham tersebut juga terjadi seiring terkoreksinya harga komoditas batu bara.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut saham-saham batu bara utama yang ambles hari ini (14/3).
Adaro Energy Indonesia (ADRO), turun -7,00%, ke Rp 2.790/unit
United Tractors (UNTR), -6,93%, ke Rp 24.850/unit
Indika Energy (INDY), -6,75%, ke Rp 2.210/unit
Harum Energy (HRUM), -6,52%, ke Rp 10.400/unit
Golden Eagle Energy (SMMT), -6,49%, ke Rp 720/unit
Delta Dunia Makmur (DOID), -5,61%, ke Rp 370/unit
Bukit Asam (PTBA), -4,89%, ke Rp 3.310/unit
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -3,79%, ke Rp 26.025/unit
ABM Investama (ABMM), -3,25%, ke Rp 1.635/unit
Alfa Energi Investama (FIRE), -2,17%, ke Rp 360/unit
Perdana Karya Perkasa (PKPK), -2,09%, ke Rp 187/unit
Adaro Minerals Indonesia (ADMR), -1,79%, ke Rp 1.645/unit
Prima Andalan Mandiri (MCOL), -1,10%, ke Rp 3.610/unit
Mitrabara Adiperdana (MBAP), -1,07%, ke Rp 3.710/unit
Menurut data di atas, dari 14 saham yang diamati, 4 saham tercatat ditutup menyentuh batas ARB, yakni ADRO, UNTR, INDY, dan HRUM.
Saham ADRO menjadi yang paling anjlok, hingga minus 7% hari ini. Investor asing juga mencatatkan jual bersih saham ADRO dalam nilai besar Rp 19,98 miliar di pasar reguler.
Dengan ini, dalam sepekan saham ADRO sudah ambles 13,89%, sedangkan dalam sebulan masih melesat 29,17%.
Saham UNTR juga terkena ARB hingga 'terjun' 6,93% ke Rp 24.850/unit. Berbeda dengan saham ADRO, asing malah masuk ke saham UNTR dengan nilai beli bersih Rp 32,08 miliar di pasar reguler.
Saham UNTR pun sudah minus 9,14% dalam sepekan, kendati dalam sebulan masih naik 8,99%.
Setali tiga uang, saham INDY dan HRUM pun masih terkena tekanan jual hari ini, masing-masing melorot 6,75% dan 6,52%.
Harga batu bara termal acuan global Newcastle ambles hampir 12% pekan lalu. Data Refinitiv, Jumat (11/3/2022), menunjukkan harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di level US$ 361,65/ton. Anjlok 1,7% dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Dalam sepekan, batu bara ambles 11,96% dari US$ 418,75 per metrik ton pada Jumat (4/3) pekan sebelumnya. Harga penutupan Jumat pekan lalu juga semakin menjauh dari rekor tertingginya pada Rabu (2/3) di level US$ 446/ton.
Kendati ambles pada pekan lalu, dalam sebulan terakhir harga batu bara masih mencatatkan lonjakan 53,6% secara point-to-point. Selama setahun terakhir, harga melambung 309,6%.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan penurunan harga batu bara pekan lalu karena memang pasar sudah mulai khawatir dengan tingginya harga batu bara mengingat harganya sudah menyentuh faktor psikologis.
"Kenaikan harga di atas US$ 400/ton di luar perkiraan semua analis sepanjang 2022 ini karena kemarin-kemarin gencarnya akan dikembangkan terkait energi bersih. Bahkan di beberapa negara Eropa sudah tidak menggunakan batu bara lagi," tutur Mamit, kepada CNBC Indonesia, Minggu (13/3/2022).
Namun, Mamit memperkirakan harga batu bara ke depan akan tetap mengalami peningkatan karena demand yang masih cukup tinggi di tengah terganggunya pasokan dari Rusia.
Rusia merupakan pemasok batu bara termal terbesar di Uni Eropa. Bahkan tahun lalu jika mengacu data dari Eurostat, Rusia memasok sebesar 36 juta ton batu bara termal yang setara dengan 70% dari total impor batu bara termal di Uni Eropa. Sehingga ketergantungan terhadap batu bara Rusia meningkat dan pangsa pasar Rusia pun tumbuh secara substansial.
Selain persoalan Rusia, pasokan batu bara diperkirakan akan terganggu karena banjir di Australia dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DMO) dari Indonesia.
Sebagaimana diketahui, pertambangan batu bara di wilayah lembah Hunter utama di New South Wales (NSW) terendam banjir setelah hujan lebat yang terjadi pada awal pekan lalu sehingga diyakini akan mengurangi pasokan batu bara dunia.
"Jika melihat kondisi saat ini di mana belum ada tanda-tanda Rusia akan berdamai dengan Ukraina, potensi kenaikan masih cukup besar. Apalagi Australia juga sedang dalam kondisi sulit. Hal ini menyebabkan pasar banyak berharap kepada Indonesia, Afrika Selatan, Kanada dan Kolombia yang merupakan negara dengan jumlah ekspor batu bara cukup besar," ujarnya.
Perkiraan Mamit ini sejalan dengan proyeksi Rystad Energy. Penelitian mereka menunjukkan bahwa harga batu bara dapat melewati US$ 500/ton tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)