Bukan Main! Batu Bara Bisa Terbang ke US$ 500/ton

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
11 March 2022 08:57
Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli batu bara diperkirakan terus berlanjut dan akan melewati US$ 500/ton tahun ini, menurut penelitian Rystad Energy.

Harga batu bara dunia berada di US$ 367,9/ton saat ini, naik 143% point-to-point (ptp) dari US$ 151,45/ton pada awal tahun.

Rusia adalah pemasok batubara termal terbesar di Uni Eropa. Menurut Eurostat, tahun lalu, Rusia memasok negara-negara anggota Uni Uni Eropa sebear 36 juta ton batubara termal. Jumlah itu setara 70% dari total impor batubara termal. Padahal satu dekade lalu, impor batubara Uni Eropa dari Rusia porsinya hanya 35% dari total impor.

Melonjaknya permintaan batu bara Rusia dari negara-negara di benua biru karena peralihan penggunaan energi fosil ke energi terbarukan sebagai pembangkit listrik. Permintaan batubara untuk pembangkit listrik total telah mengalami tren penurunan dalam 10 tahun terakhir. Hal ini menyisakan Rusia sebagai pemasok, sehingga ketergantungan terhadap batu bara Rusia meningkat. Pangsa pasar Rusia pun tumbuh secara substansial dari waktu ke waktu.

"Hampir tidak ada surplus (pasokan) batubara termal yang tersedia secara global. Harga telah melonjak melewati US$400 dan US$500 per ton tampaknya sedang dimainkan," kata Steve Hulton, Wakil Presiden Batubara di Rystad Energy.

Masalahnya, tak hanya sebagai pemasok utama di Eropa, Rusia juga mengirimkan batu baranya ke berbagai belahan dunia.

Rusia merupakan eksportir terbesar nomor tiga dunia setelah Indonesia dan Australia. Pada tahun 2020, ekspor Rusia mencapai212 juta ton menurut Badan Energi Dunia (IEA). Jika pasokan dari Rusia berhenti akibat perang, dunia akan kurang lebih akan kehilangan 17% pasokannya.

Sehingga hukuman yang menimpa Rusia berpengaruh terhadap kondisi pasokan batu bara dunia. Meskipun begitu, guncangan terbesar dirasakan Eropa karena harga gas di sana meroket membuat batu bara jadi alternatif.

Peta Ekspor Batu Bara DuniaFoto: IEA
Peta Ekspor Batu Bara Dunia

Akibat harga gas terus melambung, pemerintah Uni Eropa mungkin mencari batu bara untuk mengatasi kekurangan pembangkit listrik karena penggunaan gas dikurangi. Namun, konsumen batubara akan kesulitan untuk mendapatkan tambahan batubara dari produsen alternatif karena keseimbangan pasokan dan permintaan batubara termal lintas laut internasional sangat ketat.

Harga gas Uni Eropa sempat melonjak ke Euro 227,2 Mega Watt per jam (MWh) pada Selasa (7/3/2022). Ini adalah rekor harga tertinggi sepanjang masa. Meskipun telah turun menjadi Euro 126,4/MWh, perlu dicatat bahwa harga gas Uni Eropa telah melonjak 597,3% dalam setahun terakhir.

Keadaan makin sulit karena sanksi terhadap Rusia membuat para pedagang mundur untuk membeli energi dari negara beruang merah tersebut.

Produsen dan pedagang melaporkan bahwa pembeli sudah mulai beralih dari batubara Rusia baik di pasar Atlantik maupun di Pasifik. Peralihan permintaan dari Rusia dan kurangnya pasokan yang tersedia jadi penggerak pasar.

Dalam sepekan terakhir, harga batu bara baik di Uni Eropa maupun Pasifik mengalami lonjakan besar. Sebagai tanda betapa ketat pasokan dan kecemasan pasar, perdagangan fisik batubara Newcastle FOB (6.000 kkal) dilaporkan pada Rabu pekan lalu pada harga US$400/ton.

Jerman berencana untuk memperpanjang penggunaan batu bara untuk sumber energi mereka untuk menggantikan energi gas/minyak dari Rusia.

Jerman dulunya merupakan pembangkit tenaga listrik pertambangan batu bara. Namun sekarang tidak lagi memproduksi batu bara bitumen atau antrasit. Beberapa tambang batu bara 'keras' atau 'hitam' terakhir, ditutup pada tahun 2018 setelah bertahun-tahun berjalan dengan subsidi keuangan karena biaya produksi yang tinggi terkait dengan lapisan dalam dan kondisi penambangan bawah tanah yang sulit.

Polandia adalah produsen batu bara terbesar yang tersisa di Uni Uni Eropa. Sekitar 70% dari total pembangkit listrik bersumber dari batu bara.

Produksi batubara Polandia sedikit meningkat pada tahun 2021 dengan jumlah 52 juta ton lignit (batubara coklat), naik 13% year-on-year (yoy). Sedangkan produksi batubara keras naik 1% menjadi 55 juta ton.

Namun, tren produksi jangka panjang sedang menurun dan sementara Polandia mengekspor beberapa batubara termal dan kokas ke negara-negara tetangga Uni Eropa. Pasokan batu bara Polandia di Uni Eropa tahun 2020 mencapai 54,24 juta ton, turun dari sedekade lalu sebesar 71 juta ton.

Negara pesepakbola Robert Lewandowski tersebut juga telah meningkatkan impor batubara termal kalori tinggi dari Rusia karena umumnya lebih murah daripada produksi lokal dari tambang bawah tanah.

Penambangan batu bara kalori rendah masih dilakukan di Uni Uni Eropa. Akan tetapi, impor batu bara sangat penting untuk memenuhi kebutuhan banyak pembangkit listrik termal yang dirancang untuk membakar bahan bakar dengan nilai kalori yang lebih tinggi.

Produsen Batu Bara EropaFoto: Uni Eropa
Produsen Batu Bara Eropa

Terdapat tiga nama yang potensial yaitu Kolombia, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat (AS). Produksi batubara Kolombia, yang hampir semuanya diekspor mulai pulih pada tahun 2021. Sebelumnya terjadi penurunan besar pada tahun 2020 karena Covid-19 dan perselisihan industri selama tiga bulan di operasi besar Cerrejon.

Produksi batu bara pada tahun 2021 sebesar 59,6 juta ton, naik 21% yoy dari 49,3 juta ton pada tahun 2020. Harapannya produksi akan meningkat lagi tahun ini, bertambah 10 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Terutama karena Glencore, sekarang pemilik penuh Cerrejon, ingin mengambil keuntungan dari kondisi pasar batu bara yang bullish.

Ekspor batubara Afrika Selatan berada di bawah target selama beberapa tahun. Ekspor turun di bawah 60 juta ton tahun lalu, level terendah dalam beberapa dekade. Ini karena jaringan kereta api yang sangat terhambat akibat adanya pencurian kabel tembaga di lintasan. Ekspor tahunan sebesar 70 hingga 75 juta ton seharusnya dapat dicapai jika operator kereta api, Transnet, dapat mengatasi masalah keamanannya.

Produksi batubara AS saat ini bangkit setelah beberapa tahun mengalami masa sulit. Kebangkitan ini didorong oleh permintaan batubara yang kuat dan harga yang kuat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Berdasarkan angka Administrasi Informasi Energi (EIA), hingga kuartal III-2021, produsen batubara termal AS mampu mengekspor sekitar 36 juta ton.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular