
Breaking News! Harga Minyak Ambruk Sampai 13% Pagi Ini...

Dari sisi fundamental, investor merespons kabar seputar kemungkinan kenaikan produksi. Uni Emirat Arab mendorong negara-negara Organisasi Eksportir Minyak Dunia (OPEC) untuk menggenjot produksi. Abu Dhabi berpendapat peningkatan produksi perlu segera dilakukan untuk menutup 'lubang' pasokan dari Rusia.
Kemarin waku Indonesia, Presiden Amerika Serikat (AS) Joseph 'Joe' Biden mengumumkan embargo terhadap minyak dari Negeri Beruang Merah. Inggris pun akan melakukan hal serupa, tetapi secara bertahap.
Masalahnya adalah Rusia merupakan pemain besar di pasar minyak dunia. International Energy Agency mencatat, Rusia adalah eksportir minyak mentah kedua terbesar di dunia, hanya kalah dari Arab Saudi. Namun untuk minyak secara keseluruhan (dengan produk-produk turunannya), ekspor Rusia adalah nomor satu dunia.
Pada 2021, ekspor minyak Rusia tercatat 7,8 juta barel/hari. Terbanyak adalah minyak mentah dan kondensat 5 juta barel/hari, atau 64% dari total ekspor.
Kemudian ekspor produk minyak Rusia tahun lalu adalah 2,85 juta barel/hari. Terdiri dari 1,1 juta barel/hari gasoil, 650.000 barel/hari bahan bakar minyak, dan 500.000 barel/hari naphta, 280.000 barel/hari vacuum gas oil (VCO). Plus liquefied petroleum gas (LPG), avtur, dan petroleum coke dengan total 350.000 barel/hari.
"Kami mengusulkan produksi (minyak) dinaikkan dan mendorong negara-negara OPEC untuk melakukannya," tegas Duta Besar Uni Emrat Arab di AS Yousuf Al Qtaiba dalam cuitan di Twitter.
Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, menilai penambahan produksi OPEC sebenarnya tidak terlalu signifikan untuk 'menambal' kekurangan pasokan dari Rusia. Sebab, pasokan dari negara tersebut sangat besar.
"OPEC mungkin bisa menambah pasokan sekitar 800.000 barel/hari dengan segera. Dengan begitu, kita baru bisa menutup sepertujuh dari pasokan Rusia," kata Yawger, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)