Breaking News! Harga Minyak Ambruk Sampai 13% Pagi Ini...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 March 2022 07:47
Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia terkoreksi tajam pada perdagangan pagi ini. Apa boleh buat, investor tentu 'gatal' mencairkan keuntungan dari kontrak minyak yang memang sudah sangat tinggi.

Pada Kamis (10/3/2022) pukul 07:24 WIB, harga minyak jenis brent ada di US$ 111,14/barel. Ambrol 13,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak April 2020.

Sedangkan yang jenis light sweet atawa West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 108,7/barel. Ambles 12,31%.


Maklum, harga si emas hitam memang sudah naik-naik ke puncak gunung. Meski hari ini turun tajam, tetapi brent dan light sweet masih membukukan kenaikan harga masing-masing 19,91% dan 21,17% dalam sebulan terakhir secara point-to-point. Selama setahun ke belakang, harga melonjak 62,63% dan 67,78%.

So, wajar kalau investor akan bernafsu untuk mencairkan cuan tersebut. Selama masih ada cuan, kontrak minyak akan rawan terkena tekanan jual sehingga harganya berkurang.

Dari sisi fundamental, investor merespons kabar seputar kemungkinan kenaikan produksi. Uni Emirat Arab mendorong negara-negara Organisasi Eksportir Minyak Dunia (OPEC) untuk menggenjot produksi. Abu Dhabi berpendapat peningkatan produksi perlu segera dilakukan untuk menutup 'lubang' pasokan dari Rusia.

Kemarin waku Indonesia, Presiden Amerika Serikat (AS) Joseph 'Joe' Biden mengumumkan embargo terhadap minyak dari Negeri Beruang Merah. Inggris pun akan melakukan hal serupa, tetapi secara bertahap.

Masalahnya adalah Rusia merupakan pemain besar di pasar minyak dunia. International Energy Agency mencatat, Rusia adalah eksportir minyak mentah kedua terbesar di dunia, hanya kalah dari Arab Saudi. Namun untuk minyak secara keseluruhan (dengan produk-produk turunannya), ekspor Rusia adalah nomor satu dunia.

Pada 2021, ekspor minyak Rusia tercatat 7,8 juta barel/hari. Terbanyak adalah minyak mentah dan kondensat 5 juta barel/hari, atau 64% dari total ekspor.

Kemudian ekspor produk minyak Rusia tahun lalu adalah 2,85 juta barel/hari. Terdiri dari 1,1 juta barel/hari gasoil, 650.000 barel/hari bahan bakar minyak, dan 500.000 barel/hari naphta, 280.000 barel/hari vacuum gas oil (VCO). Plus liquefied petroleum gas (LPG), avtur, dan petroleum coke dengan total 350.000 barel/hari.

"Kami mengusulkan produksi (minyak) dinaikkan dan mendorong negara-negara OPEC untuk melakukannya," tegas Duta Besar Uni Emrat Arab di AS Yousuf Al Qtaiba dalam cuitan di Twitter.

Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, menilai penambahan produksi OPEC sebenarnya tidak terlalu signifikan untuk 'menambal' kekurangan pasokan dari Rusia. Sebab, pasokan dari negara tersebut sangat besar.

"OPEC mungkin bisa menambah pasokan sekitar 800.000 barel/hari dengan segera. Dengan begitu, kita baru bisa menutup sepertujuh dari pasokan Rusia," kata Yawger, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular