Neraca Perdangan AS Defisit, Rupiah Berjaya!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 09/03/2022 12:45 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat cukup tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (9/3/2022), di mana neraca perdagangan AS mengalami defisit yang tentu saja dapat berimbas terhadap performa dolar AS di pasar spot.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tajam 0,38% ke Rp 14.340US$. Pada pukul 11:00 WIB, rupiah sedikit terpangkas penguatannya hanya 0,1% di Rp 14.380/US$.

Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deriverable Market (NDF) beberapa saat usai penutupan perdagangan pasar spot kemarin dibandingkan hari ini, Rabu (9/3), seperti dilansir data Refinitiv.


Periode

Kurs Selasa (8/3) Pukul 15:03 WIB

Kurs Selasa (8/3) Pukul 11:02 WIB

1 Pekan

Rp14.386,5

Rp14.366,6

1 Bulan

Rp14.412,0

Rp14.387,4

2 Bulan

Rp14.442,5

Rp14.411,5

3 Bulan

Rp14.476,5

Rp14.440

6 Bulan

Rp14.575,7

Rp14.540,9

9 Bulan

Rp14.699,0

Rp14.657,5

1 Tahun

Rp14.809,0

Rp14.758,4

2 Tahun

Rp15.303,7

Rp15.256,3

Performa rupiah yang menguat hari ini sudah tercermin dari pasar NDF, di mana Mata Uang Tanah Air lebih kuat ketimbang posisi di penutupan perdagangan kemarin.

Fundamentalnya, defisit neraca perdagangan AS telah mencapai rekor tertinggi pada Januari karena AS mengimpor lebih banyak barang untuk membangun persediaan, sehingga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama. Departemen Perdagangan AS merilis data bahwa persediaan grosir pada Januari menjadi yang terkecil dalam enam bulan di tengah penurunan stok kendaraan bermotor.

Data tersebut mendukung pandangan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) akan signifikan melambat pada kuartal pertama setelah kinerja yang kuat dalam tiga bulan terakhir tahun 2021.

Defisit neraca perdagangan melonjak 9,4% ke level tertinggi sepanjang masa senilai US$89,7 miliar di Januari. Sementara itu, data di bulan Desember direvisi menjadi US$82 miliar dari sebelumnya senilai US$ 80,7 miliar.

Impor meningkat 1,2% menjadi US$314,1 miliar yang menjadi level tertinggi. Impor barang melonjak 1,8% senilai US$264,8 miliar yang juga mencapai level tertingginya. Impor non-minyak bumi dan impor makanan juga meningkat.

Sementara itu, ekspor AS turun 1,7% menjadi US$224,4 miliar di Januari. Ekspor barang turun 1,5%. Ekspor jasa turun US$1,6 miliar yang mencerminkan penurunan kegiatan transportasi.

Source: Reuters

Lantas, apa pengaruhnya terhadap inflasi dan nilai tukar dolar AS?

Neraca perdagangan barang memiliki hubungan yang erat dengan neraca transaksi berjalan (current account). Gampangnya, saat neraca transaksi berjalan mengalami defisit, ada lebih banyak uang yang keluar dari AS ketimbang yang masuk. Apalagi jika jumlahnya sangat besar, artinya banyak sekali uang yang berhamburan ke luar AS sehingga dolar AS sulit menekan mata uang lain. Hari ini, terlihat bahwa dolar AS melemah sebanyak 0,07% ke 98,994 di pasar spot.

Harga barang-barang impor akan lebih mahal sehingga bisa mengerek angka inflasi yang lebih tinggi dan menekan daya beli masyarakat. Inflasi yang terus berlanjut akan mengakibatkan perekonomian melambat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Makin Perkasa, Tembus Rp16.190 per Dolar AS