Harga Batu Bara Naik, Bos BCA Bilang Waktunya Lunasi Pinjaman

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
08 March 2022 14:50
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja dalam acara CNBC Indonesia Banking Outlook 2022, dengan tema 'Kebangkitan Perbankan
Foto: Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja dalam acara CNBC Indonesia Banking Outlook 2022, dengan tema 'Kebangkitan Perbankan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dan beberapa komoditas lainnya memang sedang mengalami tren kenaikan. Menurut Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, ini jadi kesempatan terbaik para pengusaha untuk melunasi pinjaman yang ada.

Jahja mengatakan pihaknya mengantisipasi permintaan dari komoditas tersebut. Termasuk juga mendukung sektor-sektor di dalamnya.

Tapi di sisi lain dia menyatakan tren ini menjadi seperti buah simalakama. Menurutnya ini jadi waktunya untuk pinjaman bisa dibayarkan lunas.

"Kita tahu harga CPO, harga barang-barang tambang, tembaga, naik cukup tinggi. Bayangkan pengusaha bidang-bidang tersebut ini kesempatan baik untuk membayar lunas pinjaman existing," kata Jahja dalam Banking Outlook 2022 CNBC Indonesia, Selasa (8/3/2022).

Belajar dari siklus harga di masa lalu, tak selalu berada di level tertinggi. Akan ada saat naik dan turun harga, ungkap Jahja.

Menurutnya pengusaha akan sangat mengamati soal tren harga tersebut. Yakni apakah harga yang terjadi saat ini hanya berlangsung sementara saja, terkait dengan perang Rusia dan Ukraina serta adanya kesulitan logistik.

"Apakah hanya berlangsung beberapa bulan atau akan permanen. Tentu akan sedang mempelajari," jelasnya.

Dia mencontohkan saat harga minyak tahun 2008 menyentuh US$ 120 per barel. Saat itu banyak perusahaan termasuk maskapai penerbangan melakukan forward buying, karena ditakutkan harga akan naik lebih tinggi lagi.

Namun alih-alih naik, harga minyak turun kembali ke US$ 80 per barel. Ini membuat perusahaan-perusahaan menjadi babak belur akibat sudah membuat kontrak saat harga US$ 120.

"Jadi ini berkaca seperti ini, mereka berhati-hati berinvestasi. Kalau masih rajin investasi perlu kredit. Tapi kenyataannya, mereka banjir uang belum tentu melakukan investasi, mengamati situasi jangka panjang dan pendek," kata Jahja.


(npb/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BCA Tambah Fasilitas Kredit ke Arto Jadi Rp 109 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular