Ngeri Ini... Harga Minyak Diramal Bisa Naik ke US$ 185/Barel!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
07 March 2022 13:35
Infografis: RI Panen 'Durian Runtuh', Sri Mulyani Kini Kipas-kipas Duit
Foto: Infografis/RI Panen 'Durian Runtuh', Sri Mulyani Kini Kipas-kipas Duit/Arie Pratama

Dengan harga dunia berada di US$ 120/barel, apa dampaknya buat Indonesia?

Harga minyak mentah dunia telah melambung dan melewati harga US$ 120/barel. Akibatnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) turut terkerek.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada Februari 2022 ICP sebesar US$ 95,72 per barel dari Januari 2022 yang hanya US$ 85,89 per barel.

Kenaikan ICP ini akan berdampak kepada APBN baik di sisi pendapatan maupun belanja negara. Dari sisi pendapatan, ICP akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan negara yang berbasis komoditas migas yaitu Pajak Penghasilan (PPh) migas dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA migas. Pendapatan negara pun bisa meningkat.

Namun, secara tidak langsung kenaikan ICP juga akan berdampak lebih luas terhadap ekonomi Indonesia. Ini karena minyak mentah diolah untuk membuat bahan bakar minyak (BBM) sehingga secara langsung akan mempengaruhi harga suatu barang.

Di sisi lain, kenaikan ICP pun akan berdampak terhadap kenaikan belanja negara. Hal ini terkait dengan subsidi energi khususnya BBM dan LPG. Selain BBM dan LPG, belanja negara yang akan ikut terkerek adalah Dana Bagi Hasil (DBH), anggaran pendidikan, dan kesehatan.

Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022, setiap kenaikan harga minyak rata-rata US$ 1 dari asumsi akan berdampak positif (dengan catatan seluruh asumsi lainnya dianggap tetap atau ceteris paribus).

Jadi, jika ICP berhasil terungkit hingga US$ 100/barel, belanja negara akan naik Rp 2,6 triliun. Di sisi lain pendapatan negara naik lebih tinggi yaitu Rp 3 triliun. Dengan demikian secara neto ada 'keuntungan' Rp 400 miliar.

Asumsi harga minyak dalam APBN 2022 adalah US$ 63/barel. Jika rata-rata harga minyak sepanjang tahun ini bisa US$ 100/barel, maka ada selisih US$ 37/barel. (dengan catatan seluruh asumsi lainnya dianggap tetap atau ceteris paribus).

Kalau setiap kenaikan US$ 1 bisa menambah pundi-pundi kas negara sebesar Rp 400 miliar, maka selisih US$ 37/barel akan membuat APBN yang dikelola Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 'cuan' Rp 14,8 triliun. Rinciannya pendapatan negara menjadi sebesar Rp 111 triliun dan belanja negara akan meningkat Rp 96,2 triliun.

Bahkan jika ICP masih bisa surplus sekitar US$ 22,8 triliun. Dengan rincian pendapatan negara menjadi US$ 171 triliun dan belanja akan menjadi 148,2 triliun.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular