Harga Minyak Meroket, Saham Produsennya Kompak Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten minyak dan gas (migas) melejit di awal perdagangan hari ini, Senin (7/3/2022). Kenaikan saham tersebut terjadi di tengah melambungnya harga minyak dan gas alam akhir-akhir ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut saham-saham migas yang terapresiasi pagi ini, pukul 09.39 WIB.
Medco Energi Internasional (MEDC), naik +6,87%, ke Rp 700/unit
Elnusa (ELSA), +6,21%, ke Rp 342/unit
AKR Corporindo (AKRA), +3,31%, ke Rp 780/unit
Energi Mega Persada (ENRG), +3,01%, ke Rp 171/unit
Radiant Utama Interinsco (RUIS), +1,89%, ke Rp 216/unit
Apexindo Pratama Duta (APEX), +1,43%, ke Rp 710/unit
Rukun Raharja (RAJA), +0,95%, ke Rp 212/unit
Saham MEDC memimpin kenaikan sebesar 6,87%, di tengah aksi beli bersih oleh asing Rp 1,38 miliar di pasar reguler.
Dalam sepekan, saham MEDC naik 9,45%, sedangkan sejak awal tahun (ytd) melesat 49,14%.
Di posisi kedua, ada saham ELSA yang terkerek 6,21%. Saham emiten yang dikuasai oleh PT Pertamina Hulu Energi ini sudah naik 4,88% dalam sepekan dan mendaki setinggi 24,64% secara ytd.
Saham AKRA dan ENRG pun sama-sama naik 3,31% dan 3,01% pagi ini.
Harga minyak dunia melesat pada perdagangan pagi ini. Harga si emas hitam pun mencatat rekor baru.
Pada Senin (7/3/2022) pukul 07:34 WIB, harga minyak jenis Brent berada di US$ 128,99/barel. Melonjak 9,21% dari posisi akhir pekan lalu dan merupakan yang tertinggi sejak Juli 2008.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 125,01/barel. Meroket 9,24% dan juga rekor tertinggi sejak Juli 2008.
Setidaknya ada dua sentimen yang melambungkan harga minyak. Pertama, tentu perang Rusia vs Ukraina.
Serangan Rusia ke Ukraina membuat berbagai negara meradang. Negeri Beruang Merah pun terancam berbagai sanksi, salah satunya larangan ekspor termasuk minyak.
Padahal Rusia berperan penting di pasar minyak dunia. Ekspor minyak Rusia mencapai sekitar 7 juta barel/hari, sementara produksinya menyumbang 7% dari total pasokan dunia.
Riset Bank of America menyebut tanpa minyak dari Rusia, pasokan di pasar dunia akan seret. Akibatnya, harga minyak sangat mungkin bisa menyentuh US$ 200/barel. Sedangkan JP Morgan memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$ 185/barel.
"Sanksi di sini bukan Rusia tidak boleh mengekspor, tetapi menghukum siapa saja yang berani membeli minyak dari Rusia. Semakin lama ini terjadi maka gangguan terhadap rantai pasok global akan semakin parah," kata Daniel Yergin, Vice Chairman S&P Global, seperti dikutip dari Reuters.
Harga gas alam juga melejit. Pada perdagangan akhir pekan, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat/AS) ditutup di US$ 4,91/MMBtu. Melonjak 4,07% dari hari sebelumnya.
Dalam seminggu terakhir, harga gas naik 9,93%. Selama sebulan ke belakang, harga menanjak 17,06%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Tak Terbendung, Harga Minyak Brent Lompat ke US$ 104/Barel
(adf/vap)