
Tergelincir, Market Cap Saham BCA Batal Balik ke Rp 1.000 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham bank KBMI IV PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kurang Rp 17 triliun lagi tembus Rp 1.000 triliun.
Namun tampaknya untuk sampai ke level tersebut masih alot. Harga saham BBCA ditransaksikan di rentang Rp 7.900 - Rp 8.025 pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat (4/3/2022).
Tantangan saham BBCA untuk tembus kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun disebabkan karena asing cenderung melepas saham yang mayoritasnya dikuasai oleh Grup Djarum ini.
Data perdagangan mencatat net sell asing di saham BBCA mencapai Rp 88,35 milia pada sesi I. Sementara harga saham tercatat drop 0,94% ke level Rp 7.900/unit. Saham BBCA terpantau sudah menguat 8,22% sepanjang tahun 2022 berjalan year to date (ytd).
Sebelumnya nilai kapitalisasi pasar BBCA sempat tembus Rp 1.000 triliun dan menjadi saham pertama Indonesia yang mencapai nilai pasar tersebut.
Market cap BBCA tembus Rp 1.000 triliun pada 13 Oktober 2021 lalu setelah perseroan resmi memecah nilai nominal sahamnya (stock split 1:5).
Pada perdagangan intraday saham BBCA sempat mencapai Rp 8.250 dan market capnya sempat tembus Rp 1.017 triliun.
Namun hal tersebut hanya terjadi secara temporer. Setelah itu, penguatan harga saham BBCA terpangkas dan ditutup di level Rp 7.525/saham.
Stock split memang menjadi salah satu katalis positif bagi pergerakan harga saham BBCA. Selain dari stock split kinerja yang mentereng di tahun 2021 juga menjadi faktor pendorong lain.
Bank swasta terbesar di Indonesia ini meraih laba bersih sebesar Rp 31,4 Triliun sepanjang tahun 2021 atau tumbuh 15,8% secara tahunan.
Kenaikan laba bersih BCA ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3,5% menjadi Rp 56,4 Triliun. Sedangkan pendapatan non bunga BCA mencapai Rp 21 Triliun, tumbuh 6% secara tahunan.
BCAdan entitas anak menutup tahun 2021 dengan total kredit yang tumbuh 8,2%yoy,sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.
Pertumbuhan terdapat di semua segmen terutama korporasi dan KPR. Inovasi digital dan pengembangan ekosistem bisnis juga mendorong frekuensi transaksionlinemencetak rekor tertinggi pada 2021.
Capaian ini mendukung dana giro dan tabungan (CASA) naik 19,1%yoydi Desember 2021. Pertumbuhan dana dan kredit disertai dengan peningkatan kualitas aset, sehingga biaya provisi tercatat menurun 19,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi