Investor Masih Pede Meski Ada Perang, Bursa Asia Hijau

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Kamis, 03/03/2022 09:47 WIB
Foto: REUTERS/TINGSHU WANG

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks saham utama di kawasan Asia-Pasifik kompak menghijau pada awal perdagangan Kamis (3/3/2022). Kenaikan ini terjadi seiring melesatnya bursa saham Amerika Serikat/AS alias Wall Street di tengah konflik Rusia-Ukraina semakin memanas dan lonjakan tinggi harga komoditas energi.

Menurut data Refinitiv, pukul 09.19 WIB, indeks KOSPI Korea Selatan (Korsel) menjadi yang paling menguat, yakni sebesar 1,32% ke 2.739,28. Di posisi kedua, ada indeks ASX Australia yang terapresiasi 0,74% ke level 7.169,10.

Kinerja Indeks Saham Utama di Asia Pasifik (3/3)


Indeks Saham

Posisi

Persentase Harian (%)

KOSPI (Korea Selatan)

2,739.28

1.32

ASX (Australia)

7,169.10

0.74

Straits Times Index (Singapura)

3,267.64

0.72

Nikkei 225 (Jepang)

26,560.65

0.64

Hang Seng (Hong Kong)

22,450.94

0.48

Shanghai Composite (China)

3,493.69

0.27

Sumber: Refinitiv, RTI | Harga per Kamis (3/3), pukul 09.19 WIB

Pada penutupan Kamis dini hari, tiga indeks acuan Wall Street kompak melejit.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 596,40 poin, atau 1,79%, menjadi ditutup pada 33.891,35.

Kemudian, indeks S&P 500 melesat 1,86% ke 4.386,54. Adapun Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi mencuat 1,62% menjadi 13.752,02. Praktis, kenaikan tersebut membalikkan kerugian pada perdagangan Selasa lalu.

"Saya pikir ada beberapa kelegaan bahwa data ekonomi AS terus tetap solid. ... Ini adalah tarik-menarik antara ketidakpastian yang sedang berlangsung tetapi fundamental domestik yang solid," kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi di Edward Jones, dikutip CNBC International.

Lesatan indeks Wall Street terjadi bahkan ketika harga minyak naik. Pagi ini, per pukul 08.33 WIB, harga minyak brent melesat 3,06% ke US$ 116,39/barel. Ini merupakan rekor tertinggi sejak Februari 2013.

Sementara, harga minyak WTI naik 2,04% ke US$ 112,86/barel, menjadi level tertinggi sejak April 2011.

Indeks Saham Wall Street menguat setelah Ketua bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengisyaratkan bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga kurang dari yang dikhawatirkan kalangan investor.

Komentar Powell, dalam testimoni kepada Komite Jasa Keuangan DPR AS, membantu menenangkan investor setelah invasi Rusia ke Ukraina membuat pasar panik.

Powell mengatakan dia cenderung mendukung kenaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan Maret, memadamkan beberapa kekhawatiran pelaku pasar tentang potensi kenaikan suku bunga yang lebih agresif.

Para investor dan trader saat ini melihat probabilitas kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) mencapai 95% di bulan Maret.

"Intinya adalah kami akan melanjutkan, tetapi kami akan melanjutkan dengan hati-hati, karena kami belajar lebih banyak tentang implikasi perang Ukraina terhadap ekonomi," kata Powell dalam testimoninya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"