Ukraina Mau Ngutang Buat Bayarin Perang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Ukraina berencana menjual obligasi perang atau war bond mulai Selasa (2/3/2022) hari ini untuk mendanai angkatan bersenjata saat mereka mempertahankan negaranya dari agresi Rusia. Pengumuman itu muncul setelah harga obligasi pemerintah Ukraina di pasar mengalami penurunan imbal hasil (yield).
Kementerian Keuangan Ukraina juga berusaha meyakinkan investor internasional bahwa mereka akan berupaya untuk memenuhi kewajiban pembayaran utangnya tepat waktu. Hal ini dikarenakan investor khawatir Ukraina akan berpotensi tidak memenuhi kewajiban pembayaran utang atau gagal bayar (default) karena adanya agresi Rusia.
Dalam cuitan di Twitter, Kementerian Keuangan Ukraina berharap ada warga atau investor asing yang mau berinvestasi di pasar obligasi pemerintahnya untuk memenuhi biaya operasional militer dan berjanji akan memenuhi kewajibannya tepat waktu
"Pada saat agresi militer Rusia, Kementerian Keuangan menawarkan kepada warga, pebisnis, dan investor asing untuk mendukung anggaran Ukraina dengan berinvestasi dalam obligasi pemerintah militer," kata Kementerian Keuangan Ukraina dalam tweet-nya, dikutip dari BBC Rabu (2/3/2022).
Kementerian Keuangan Ukraina mengatakan bahwa obligasi bertenor satu tahun akan memiliki nilai nominal sebesar 1.000 hryvnia Ukraina (US$ 33,27, Rp 477.425) dan tingkat bunga yang ditawarkan kepada investor akan ditentukan dalam lelang.
"Hasil dari penjualan obligasi pemerintah Ukraina akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Bersenjata Ukraina," tambahnya.
Sebelumnya pada Kamis pekan lalu, yield obligasi pemerintah Ukraina bertenor 1 dan 2 tahun melonjak hingga ke level 34%, sedangkan yield obligasi Ukraina berjatuh tempo 3 tahun melonjak ke level 32%, di mana yield obligasi Ukraina melonjak hingga ribuan basis poin (bp).
Hal ini juga terjadi disaat mata uang rubel Rusia sedang mengalami penurunan cukup signifikan yakni turun 30% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sementara obligasi internasionalnya 'terpukul keras'. Rubel Rusia ambruk karena terdampak dari sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Negara Barat terhadap Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin pun menanggapi sanksi ekonomi tersebut dengan perintah yang melarang warganya mentransfer uang ke luar Rusia, termasuk untuk pembayaran utang.
(chd/chd)