Pegang Saham-saham Ini di Februari? Anda Auto Miskin!

Putra, CNBC Indonesia
28 February 2022 14:40
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika pasar saham domestik dibanjiri dengan inflow dana asing dan beberapa kali mencetak rekor di Februari 2022, ada beberapa saham yang justru harganya anjlok signifikan.

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia setidaknya ada 5 saham yang nilai kapitalisasi pasarnya anjlok lebih dari 30%. Berikut ini adalah daftarnya.

1. PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI)

Harga saham emiten yang bergerak di bidang usaha pemasaran dan distribusi alat dan produk fotografi yang satu ini mengalami penurunan yang tajam.

Di sepanjang bulan Februari 2022, harga saham KONI tercatat melemah 44,78%. Saham KONI langsung ambles setelah dibuka dari suspensi pada 8 Februari lalu.

Sebelum disuspensi harga saham KONI bergerak naik tak wajar hingga otoritas bursa harus menggembok perdagangan saham ini.

Terpantau sejak minggu kedua Januari hingga akhir bulan Januari 2022 harga saham KONI telah melesat dari Rp 935/saham menjadi Rp 4.310/saham atau naik 4,61x.

2. PT Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN)

Saham yang dikuasai oleh Group Lippo lewat PT Multipolar Tbk ini anjlok 44,1% sepanjang bulan Februari 2022. Pemicunya mirip dengan KONI yakni kenaikan harga yang fantastis dalam waktu singkat sebelumnya.

Harga saham LPIN naik signifikan sejak pertengahan bulan November hingga akhir tahun lalu. Terpantau harga saham LPIN melesat dari Rp 420/saham menjadi Rp 1.370/saham yang mengindikasikan kenaikan sebesar 3,26x.

Kenaikan harga yang tinggi tersebut menyusul spekulasi para pelaku pasar terkait adanya rumor bahwa LPIN akan diakuisisi oleh salah satu startup unicorn asal Tanah Air yakni OVO.

3. PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU)

Emiten yang bergerak di bidang usaha transportasi bahan kimia berbahaya ini harga sahamnya turun 43,3% di sepanjang bulan Februari 2022.

Kasus penurunan harga saham yang signifikan masih menunjukkan pola yang sama. Harga saham terus dirundung koreksi setelah sebelumnya mengalami kenaikan pesat.

Sebagai informasi, saham SDMU sebelumnya tidak likuid ditransaksikan dan cenderung 'nyender' di level gocap alias Rp 50/saham sampai pertengahan Desember 2021.

Namun setelah itu terjadi peningkatan volume transaksi dan kenaikan harga yang tak wajar. Bahkan harga saham SDMU sempat menyentuh level penutupan Rp 140/saham pada 17 Januari lalu yang mencerminkan kenaikan 2,8x.

4. PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL)

Harga saham BELL terpantau melemah 34,71% di sepanjang bulan Februari 2022. Berbeda dengan saham-saham sebelumnya yang sempat menikmati kenaikan tinggi dalam waktu singkat, saham BELL cenderung downtrend sejak awal bulan Desember 2021.

Emiten yang bergerak di sektor industri tekstil ini justru mendapatkan sentimen negatif dari kenaikan harga komoditas global terutama batu bara karena membuata biaya produksi membengkak dan berpeluang menggerus marjin laba perusahaan.

5. PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR)

Terakhir ada saham yang bergerak di sektor transportasi yakni BPTR yang mengalami penurunan nilai kapitalisasi pasar sebesar 32,09% di sepanjang bulan Februari 2022.

Harga saham BPTR sebelumnya sempat mengalami kenaikan tajam terutama setelah keluar dari daftar pemantauan khusus bursa pada 27 Januari 2022.

Harga sahamnya langsung naik dari level terendahnya di 2022 di Rp 206/saham menjadi Rp 494/saham hanya dalam kurun waktu 7 hari perdagangan. Setelah itu harga saham BPTR cenderung terkoreksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular