Rusia & Ukraina Membara, Minyak Mentah Meluncur To The Moon

Putra, CNBC Indonesia
Minggu, 27/02/2022 12:03 WIB
Foto: AP/Matthew Brown

Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu lima tahun terakhir, harga minyak mentah kembali menyentuh level US$ 100/barel.

Namun di akhir perdagangan Jumat (25/2/2022) harga minyak mentah turun. Harga kontrak berjangka Brent ditutup di US$ 97,93/barel.

Sementara itu harga minyak mentah acuan Pamn Sam yaitu West Texas Intermediate (WTI) berakhir di level US$ 91,59/barel.


Di sepanjang pekan ini kedua kontrak tersebut mengalami kenaikan masing-masing 4,69% dan 0,57%. Geger konflik antara Russia dengan Ukraina turut menyeret harga komoditas terutama energi meningkat.

Russia resmi menginvasi Ukraina. Akibat tindakan Putin yang mendeklarasikan perang tersebut negara-negara Barat terutama AS, Inggris dan Uni Eropa memberikan sanksi ekonomi kepada Negara Beruang Merah.

Sanksi ekonomi yang diberikan mencakup institusi keuangan Russia dan para elitenya. Pada Sabtu (26/2/2022) tentara Russia sudah masuk menginvasi ke Ibu Kota Ukraina Kyiv.

Meski diserbu dengan pasukan Russia, Presiden Ukraina Volodymir Zelensky enggan untuk keluar dari ibu kota meski Ia mengklaim bahwa dirinya yang menjadi sasaran target utama.

Tensi geopolitik yang meningkat di kawasan Eropa Timur membuat pasar khawatir kalau disrupsi rantai pasok masih akan berlanjut dan membuat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan energi berlarut-larut.

Sebagai informasi, Russia merupakan salah satu produsen minyak dan gas global. Untuk diketahui produksi minyak Russia mencapai 10,5 juta barel per hari (bph) atau setara dengan 11% dari total output global.

Di sisi lain, harga minyak mentah yang meningkat semakin membuat outlook inflasi menjadi mengkhawatirkan.

Sebagai informasi, inflasi di negara-negara maju kini sudah mencapai level tertingginya dalam beberapa dekade karena harga energi yang terus meningkat.

Analis memandang kalau harga minyak konsisten berada di atas US$ 100/barel maka inflasi akan semakin sulit dijinakkan dan bisa membuat the Fed semakin agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter.

Kenaikan suku bunga acuan yang agresif tentu akan membuat pasar keuangan goyang. Aset-aset berisiko seperti saham dan kripto akan jatuh sementara harga komoditas semakin membumbung tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak