Harga Batu Bara Terbang, Dolar Australia Tak Jadi Tumbang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2022 13:00
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Invasi Rusia ke Ukraina membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan berdampak negatif pada risk-on currency seperti dolar Australia. Nilainya pun merosot melawan rupiah Kamis kemarin, tetapi pada pada perdagangan Jumat mulai bangkit lagi.

Pada pukul 11:14 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran 10.315/AU$, menguat 0,15% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Serangan militer yang dilancarkan Rusia ke Ukraina kemarin memberikan dampak yang besar ke pasar finansial global. Bursa sahamrontok, mata uang safe haven menguat dan harga komoditas meroket. Batu bara menjadi salah satu komoditas yang naik tajam, dan hal ini menguntungkan Australia.

Melansir data dari Refintiv, harga batu bara acuan untuk kontrak Maret di Ice Newcastle (Australia) meroket 14,27% ke US$ 271/ton. mendekati  rekor tertinggi Sepanjang masa US$ 280/ton yang dicapai pada 5 Oktober 2021 lalu.

Sepanjang pekan ini batu bara menguat 4 hari beruntun dengan total 34,73%.

Invasi yang dilakukan Rusia kekhawatiran akan terganggunya pasokan batu bara, sebab Negeri Beruang Merah merupakan salah satu produsen terbesar. Berdasarkan data Worldometer, Rusia merupakan produsen batu bara terbesar ke 6 di dunia. Apalagi dari sisi ekspor Rusia berada di urutan ketiga dunia.

Di sisi lain, kenaikan tajam tersebut akan menguntungkan Australia, sebab Negeri Kanguru merupakan produsen terbesar ke-empat di dunia. Selain itu untuk urusan ekspor, Australia menjadi nomer dua setelah Indonesia.

Hal ini tentunya membuat pendapatan negara meningkat, serta industri pertambangan semakin bergeliat dan memutar perekonomian.

Peluang suku bunga dinaikkan di tahun ini menjadi semakin besar yang menopang kinerja dolar Australia.

Pasar finansial bahkan memprediksi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) bisa menaikkan suku bunga di awal Juni, setelah di awal bulan ini sang gubernur, Philip Lowe membuka peluang kenaikan sebelum 2023.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular