Bunga The Fed Mau Naik, Emas Tetap Jadi Emak-emak

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Kamis, 24/02/2022 18:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia telah mengumumkan melakukan operasi militer ke Ukraina. Harga aset dunia pun bergejolak.

Di pasar saham, pasar ekuitas rata-rata anjlok 1%. Sementara itu indeks saham Eropa ambles 2%. Dow Jonse futures tercatat melemah 1,5%.

Sementara itu aset safe haven jadi primadona hari ini dengan kenaikan 1,8% untuk emas dunia dan 2,4% untuk perak yang diperdagangkan di pasar spot.


Aset safe haven saat ini mungkin diuntungkan dengan adanya perang yang membuat ketidakpastian di pasar. Namun, apakah emas dan perak masih bisa menjadi pilihan saat The Fed diprediksi akan mengumumkan kenaikan suku bunga bulan depan?

Beberapa analis melihat emas masih terlalu kuat melawan kenaikan suku bunga The Fed dalam jangka waktu dekat.

"Perdagangan emas pada level tertinggi delapan bulan di sekitar US$1.900/troy ons bisa menjadi tanda bahwa para pedagang tidak percaya bahwa Federal Reserve akan mampu berbuat banyak untuk menghentikan ancaman inflasi saat ini," kata analis kepada Kitco.

Wells Fargo melihat tren bullish emas tidak akan dihentikan oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve yang diperkirakan akan dimulai pada bulan Maret.

Harga emas telah reli lebih tinggi karena para pedagang dan investor melihat kenaikan suku bunga sebesar 50 bps sebagai hal yang tidak mungkin.

"Saya pikir langkah yang kita lihat dalam emas ini karena investor tidak percaya Federal Reserve akan mampu menindak inflasi, terutama dalam jangka pendek, " kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

Mengutip survei FedWatch, kenaikan suku bunga sebesar 25 bps memiliki probabilitas 86,7% dibandingkan kenaikan suku bunga 50bps dengan probabilitas 13,3%.

Kenaikan suku bunga sebesar 25 bps, sudah diantisipasi oleh investor sebelumnya. Kecuali The Fed akhirnya berani menaikkan suku bunga sebesar 50 bps di tengah ketidakpastian akibat gejolak politik baru akan jadi kejutan.

Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, mengatakan bahwa dia melihat momentum emas sebagai indikasi bahwa investor mencari lindung nilai terhadap upaya gagal Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi.

"Kenaikan tingkat suku bunga pertama akan dianggap emas positif karena akan mengatur ekonomi AS di jalur untuk perlambatan ekonomi yang tajam," katanya.

Wells Fargo bahkan melihat emas bisa mencapai US$2.100 pada tahun ini melihat eskalasi geopolitik dan kebijakan The Fed yang tidak lebih hawkish dari ekspektasi pasar sebelumnya.


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Gonjang-ganjing Trump Bikin Bisnis Tambang Emas Melejit