
Tahunnya Emas! Tanpa Perang pun Harganya Tetap Bakal Tebang

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia diperkirakan akan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa di akhir tahun ini meski The Fed (bank sentral Amerika Serikat) akan menaikkan suku bunganya secara agresif di tahun ini. Eskalasi tensi geopolitik di Eropa Timur bahkan diperkirakan membuat emas terbang lebih tinggi lagi.
Melansir data Refinitiv, harga emas dunia pada perdagangan Rabu kemarin menguat 0,5% dan berlanjut lagi 0,2% pada perdagangan hari Kamis (24/2) ke US$ 1.910,9/troy ons pada pukul 7:36 WIB.
Rekor tertinggi sepanjang masa emas berada di US$ 2.072,49/troy ons yang dicapai pada 7 Agustus 2020 lalu. Rekor tersebut diperkirakan akan pecah oleh analis dari Wells Fargo yang melihat emas akan berada di kisaran US$ 2.100/troy ons di akhir tahun ini.
"Target harga emas kami di akhir 2022 adalah US$ 2.000 - US$ 2.100/troy ons. Satu kekhawatiran yang umum apakah The Fed yang akan menaikkan suku bunga di bulan Maret akan membuat prediksi kami melesat," kata Austin Pickle, analis di Wells Fargo, sebagaimana diwartakan Kitco, Rabu (23/2).
Pandangan tradisional menyebutkan harga emas akan cenderung tertekan saat suku bunga dinaikkan. Selain itu, emas juga dianggap lindung nilai terhadap inflasi, ketika The Fed menaikkan suku bunga maka inflasi bisa melandai, dan emas menjadi kurang menarik.
Tetapi nyatanya sejarah berkata lain, Pickle menunjukkan bagaimana kinerja emas saat periode kenaikan suku bunga pada tahun 1994.
![]() |
"Emas biasanya akan rebound setelah kenaikan awal suku bunga The Fed. Yang menarik, emas memang tertekan di beberapa bulan sejak kenaikan suku bunga, tetapi setelahnya akan terus menguat bahkan lebih tinggi dari kenaikan indeks S&P 500 dalam beberapa bulan setelahnya. Dengan kata lain, kami percaya emas akan bersinar meski The Fed menaikkan suku bunga," kata Pickle.
Sementara itu Frank Holmes, CEO dari U.S. Global Investors mengatakan emas secara historis mencatat kinerja yang bagus saat terjadi gejolak geopolitik, dan bisa naik sekitar 50% dari level saat ini. Holmes memprediksi emas bisa mencapai US$ 3.000/troy ons.
"Saya merasa yakin emas akan dengan mudah mencapai US$ 2.500 - US$ 3.000/troy ons," kata Holmes.
Seperti diketahui tensi Amerika Serikat (AS) menyebut Rusia melakukan invasi setelah mengirim pasukannya ke dua wilayah Ukraina yang diakui kemerdekaannya oleh Presiden Vladimir Putin.
Presiden AS, Joe Biden, akhirnya memberikan sanksi ke Rusia, begitu juga Negara Barat lainnya akan melakukan hal yang sama.
Putin kemudian menyatakan "akan merespon dengan lebih besar" jika sanksi terus diberikan.
Ketegangan yang terjadi tersebut membuat emas terus menanjak.
Sementara itu melihat pergerakan harian, analis teknikal Reuters Wang Tao melihat dari risiko koreksi emas jika gagal melewati US$ 1.917/troy ons.
![]() |
Jika menembus ke bawah US$ 1.893, emas diperkirakan akan turun ke kisaran US$ 1.879 - US$ 1.886.
Namun, menurut Wang koreksi emas tersebut akan bagus untuk langkah penguatan selanjutnya.
![]() |
"Koreksi yang dangkal akan bagus bagi mengakumulasi momentum bullish dan mendorong harga naik lebih tinggi," kata Wang sebagaimana dilansir Refintiv.
Tanpa koreksi, kenaikan harga emas diperkirakan masih akan terbatas di US$ 1.927/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menguat 6% Saat Terjadi Perang, Emas Mengecewakan!
