Ukraina Nyatakan Kondisi Darurat, Rupiah Jadi Terpuruk?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 24/02/2022 09:15 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (24/2), setelah mampu membukukan penguatan kemarin. Pelemahan tipis pada hari ini terbilang cukup bagus sebab kondisi geopolitik di Barat yang sedang memanas biasanya membuat dolar AS yang menyandang status safe haven diuntungkan.

Melansir data Refinitiv, kemarin rupiah mampu menguat 0,18% sementara pada pembukaan perdagangan hari ini melemah 0,1% ke Rp 14.350/US$.

Seperti diketahui, Presiden Rusia Valdimir Putin pada Senin malam waktu setempat mengumumkan mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina, yakni Donestk dan Luhansk.


Putin juga mengerahkan pasukannya ke wilayah tersebut untuk "menjaga perdamaian".

Amerika Serikat (AS) kemudian menyebut tindakan Rusia tersebut sebagai invasi. Presiden AS, Joe Biden, akhirnya memberikan sanksi ke Rusia, begitu juga Negara Barat lainnya akan melakukan hal yang sama.

Putin kemudian menyatakan "akan merespon dengan lebih besar" jika sanksi terus diberikan.

Ukraina bahkan sudah memberlakukan status darurat nasional sejak Rabu malam waktu setempat. Status akan berlaku mulai Kamis hingga 30 hari. Keadaan ini berlaku bagi semua wilayah Ukraina kecuali Donestk dan Luhansk.

Ukraina sendiri kemarin mengeluarkan peringatan ke warga untuk segera meninggalkan Rusia. Sementara Moskow mengevakuasi kedutaan besarnya di Kyiv.

Sementara itu rupiah yang cukup kuat belakangan ini menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, karena dipengaruhi fundamental dan teknikal.

"Nilai tukar stabil dan cenderung menguat karena fundamental bagus, current account bagus, dan neraca perdagangan surplus. Investor asing mulai membeli SBN (surat berharga negara) yang membuat supply atau pasokan dolar AS di dalam negeri bertambah dan rupiah stabil," jelas Perry dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media, Rabu (23/2/2022).

Perry bahkan mengatakan, BI tidak melakukan intervensi terhadap penguatan dan kestabilan nilai tukar rupiah belakangan ini. Menurutnya, pergerakan rupiah tersebut sesuai dengan mekanisme pasar saja.

Aliran modal memang sedang deras masuk pasar SBN. Di pasar obligasi sekunder juga terjadi hal yang sama. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 18 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, hampir Rp 14,5 triliun.

Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 18 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 10 triliun di pasar obligasi.

Dari pasar saham, investor asing masih terus memborong saham-saham di dalam negeri. Aksi beli bersih (net buy) pada hari ini tercatat sebesar sebesar Rp 862 miliar. Dalam dua hari pertama pekan ini, net buy tercatat sekitar Rp 1,4 triliun, dan dalam 2 minggu sebelumnya Rp 10 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS