Analisis Teknikal

IHSG Hijau, Jangan Hepi Dulu! Ada Sinyal Koreksi di Sesi 2

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 23/02/2022 12:57 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat kembali ke atas 6.900 di awal perdagangan sesi I, sebelum mengakhiri perdagangan di 6.885,781, atau menguat 0,35%.

Investor asing masih terus memborong saham-saham di dalam negeri. Aksi beli bersih (net buy) di sesi I tercatat sebesar sebesar Rp 384 miliar. Dalam dua hari pertama pekan ini, net buy tercatat sekitar Rp 1,4 triliun, dan dalam 2 minggu sebelumnya Rp 10 triliun.

IHSG menguat bersama bursa saham utama Asia lainnya meski tensi geopolitik antara Rusia dengan Ukraina yang juga melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Negara Barat lainnya sedang tereskalasi. Hal tersebut membuat bursa saham AS (Wall Street) ambrol pada perdagangan Selasa waktu setempat, tetapi nyatanya tidak berpengaruh ke Asia.


"Situasi di Ukraina tidak memonopoli perhatian di pasar finansial," kata Vishnu Varathan dari Mizuho Bank yang catatannya kepada nasabah, sebagaimana dikutip CNBC International.

Selain isu geopolitik, perhatian pasar juga tertuju pada rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) eskalasi tensi geopolitik yang membuat harga minyak mentah membuat The Fed dikatakan dalam situasi rumit oleh ekonom.

"Kenaikan harga minyak mentah membuat situasi semakin rumit. Ada skenario pertumbuhan ekonomi akan terpukul secara substansial. Ada skenario kenaikan harga tidak akan memberikan dampak yang besar ke ekonomi juga mendorong inflasi," kata Bruce Kasman, kepala ekonom JP Morgan, sebagaimana dilansir CNBC International.

Alhasil, The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada bulan depan, hanya 25 basis poin, yang memberikan sentimen positif ke pasar saham.

Secara teknikal, penguatan IHSG di pembukaan perdagangan membuatnya membentuk celah (gap). Ketika membentuk gap biasanya suatu aset akan bergerak menutupnya. Hal ini berisiko membuat IHSG memangkas penguatan lagi, bahkan tidak menutup kemungkinan berbalik melemah di sesi II. 

Grafik: IHSG
Foto: Refinitiv

Apalagi melihat indikator Stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Foto: Refinitiv
jkse

Sementara itu Stochastic 1 jam bergerak naik dan mendekati overbought lagi.

Support terdekat berada di kisaran 6.870, jika dilewati IHSG berisiko turun menuju 6.850 hingga 6.840 dan menutup gap yang terjadi di awal perdagangan.

Sebaliknya resisten terdekat berada di kisaran 6.900 hingga 6.910, jika ditembus IHSG akan membuka jalan ke target pola Rectangle di 6.950.

IHSG di awal pekan ini hampir mencapai target penguatan pola Rectangle yang dibentuk sejak Oktober lalu.

Batas atas pola ini berada di kisaran 6.735, dan batas bawah pola Rectangle berada di kisaran 6.510, artinya ada jarak sekitar 215 poin dari level tersebut ke batas atas.
Selama bertahan di atasnya, target penguatan IHSG sebesar 215 poin ke 6.950.

IHSG juga berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 pada grafik harian.

Selama mampu bertahan di atas tiga MA tersebut, berlanjutnya penguatan IHSG ke depannya masih terbuka lebar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"