Suku Bunga Diperkirakan Naik Juni, Dolar Australia Ngegas!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 22/02/2022 09:50 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (22/2) melanjutkan kinerja positif awal pekan kemarin. Makin banyaknya sinyal suku bunga akan dinaikkan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) di tahun ini membuat mata uangnya terus menanjak.

Pada pukul 9:20 WIB, AU$ 1 diperdagangkan di kisaran Rp 10.329, menguat 0,3% du pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sementara itu asisten Asisten Gubernur RBA, Christopher Kent saat berbicara pada hari ini mengumumkan rencana perubahan open market operation (OMO). Hal ini dilakukan untuk menyediakan likuiditas di sistem perbankan sebab program pembelian aset (quantitative easing/QE) sudah dihentikan, dan sebagai antisipasi kenaikan suku bunga yang bisa membuat likuiditas lebih ketat.


Namun, Kent menegaskan perubahan OMO bukan sebagai sinyal perubahan kebijakan moneter.

"Sebaliknya, OMO memastikan tepat untuk tujuan kondisi likuiditas, outlook perekonomian dan perkembangan kebijakan moneter RBA," kata Kent sebagaimana diwartakan Reuters.

Sebelumnya di awal bulan ini, Gubernur RBA Philip Lowe membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini jika perekonomian terus membaik. Apalagi, inflasi kini sudah mencapai target bank sentral tersebut.

Sikap Lowe tersebut berubah dari sebelumnya yang selalu menegaskan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga akhir 2023. Kurs dolar Australia terus menanjak merespon kemungkinan kenaikan suku bunga tersebut, artinya RBA akan ikut dengan bank sentral utama dunia lainnya yang mulai menormalisasi kebijakan moneternya di tahun ini.

Pasar finansial bahkan memprediksi RBA bisa menaikkan suku bunga di awal Juni.

Beberapa ekonom melihat dolar Australia saat ini masih sangat undervalue melawan dolar Amerika Serikat (AS). Analis dari Commonwealth Bank of Australia (CBA), Kim Mundy melihat berdasarkan kalkulasi dari indeks harga komoditas bank sentral Australia dan perbedaan suku bunga relatif di Australia dan Amerika Serikat.

"Estimasi kami fair value dolar Australia berada di kisaran US$ 0,86 (86 sen AS)," kata Mundy sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (4/2).

Saat ini dolar Australia berada di kisaran US$ 0,72, dengan demikian seharusnya bisa menguat sekitar 20% lagi untuk mencapai fair value. CBA sendiri memprediksi dolar Australia akan berada di kisaran US$ 0,80 (80 sen) di akhir tahun ini.

Ketika dolar Australia menguat melawan dolar AS, tentunya nilainya juga akan terkerek berhadapan dengan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor