Erick: Ada 2 Sampai 4 Aksi Korporasi IPO BUMN Tahun Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa domestik pada tahun ini sepertinya bakal kedatangan calon emiten dari lingkup Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ini merupakan imbas dari agenda transformasi Menteri BUMN Erick Thohir.
"Corporate action IPO mungkin ada dua sampai empat yang saya ingat. Lalu untuk restrukturisasi, holdingisasi, mungkin masih ada tiga sampai empat perusahaan lagi. Kita lihat (misalnya) yang asuransi sudah terjadi holdingisasi," terang Erick dalam wawancara eksklusif bersama CNBC Indonesia yang ditayangkan pada, Jumat (18/2/2022).
Dari empat BUMN yang didorong IPO tersebut, Erick mengatakan dua di antaranya adalah PT Pertamina Geothermal Energy grup dan unit logistik di bawah BUMN Energi PT Pertamina (Persero).
"Kita coba dorong ini, supaya makin profesional, makin transparan dan punya pondasi keuangan yang kuat dan sehat," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk defend industry, Len Industri, Dirgantara Indonesia, PAL, dan Pindad saat ini sudah dikonsolidasi ke dalam satu grup. Selanjutnya, BUMN sektor pangan yang cukup sulit akhirnya juga berhasil dimerger, misalnya Perinus dan Perindo. "Kita akan ke sana arahnya," ujarnya.
Erick mengaku, pihaknya sudah memiliki blueprint selama empat tahun mulai 2020 hingga 2024 atas 88 proyek percepatan BUMN.
"Apa saja yang sudah terjadi di 2021 dan seperti apa 2022, kita sudah ada. Ini paparan secara profesional di hadapan bapak presiden dan beliau memberikan data-data ini ke banyak kementerian supaya ada bayangan ini bagian dari proses transparansi yang kita lakukan. Ini kita dorong terus," terang Erick.
Erick juga akan menyulap Danareksa menjadi holding investasi bersama Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Kebetulan, PPA dan Danareksa sudah memiliki saham-saham minoritas seperti misalnya di PT Indosat Tbk (ISAT) dan sejumlah perusahaan lain.
"Nah, apa salahnya toh dia sekarang sedang konsolidasi BUMN di bawah PPA seperti ada 8 kawasan industri yang tadinya dikelola sendiri-sendiri, itu kan lebih baik dijadikan satu," kata Erick.
Sejauh ini, transformasi berupa konsolidasi BUMN yang dilakukan Erick mulai menunjukkan hasil. Laba BUMN per 2020 masih di kisaran Rp 13 triliun. Pada kuartal tiga tahun lalu, angkanya meningkat jadi Rp 61 triliun.
"Transformasi dari BUMN sendiri sudah terlihat hasilnya, ini baru saja rapat internal yang tadinya 2020 profit kita Rp 13 triliun, lalu di Q3 2021 buku itu Rp 61 triliun, ini baru aja tadi pagi fresh from the oven. Prediksi ini masih unaudited sampai Q4 itu sampai Rp 90 triliun," terang Erick.
"Jadi, bayangkan dari Rp 13 triliun ke Rp 90 triliun ini efisiensi luar biasa. Bisnis model berjalan baik terlepas harga komoditas lagi naik," sambungnya.
(vap)