Rusia Disebut Bakal Invasi Kiev, Rupiah ke Zona Merah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses membukukan penguatan 3 pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) minggu lalu, tetapi langsung masuk ke zona merah pada perdagangan Senin (21/2). Rupiah sebenarnya sudah mulai tertekan sejak Kamis pekan lalu akibat eskalasi tensi geopolitik Rusia dengan Ukraina yang turut melibatkan Amerika Serikat dan NATO.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 14.340/US$ dan tertahan di level tersebut hingga pukul 9:08 WIB.
Pelaku pasar kini was-was akan kemungkinan terjadinya invasi Rusia ke Ukraina yang membuat rupiah tidak diuntungkan. Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar lebih memilih dolar AS yang menyandang status safe haven.
Presiden AS, Joe Biden, pada Jumat pekan lalu mengatakan Rusia kemungkinan akan menginvasi Ukraina dalam beberapa hari ke depan. Prediksi tersebut diucapkan setelah mendapat informasi intelijen yang berhasil dicegat, menunjukkan para jenderal Rusia diberi perintah memobilisasi pasukannya untuk melakukan invasi.
"Kami punya alasan untuk percaya Rusia berencana menyerang Ukraina di pekan depan, dalam beberapa hari ke depan. Kami percaya mereka akan menjadikan Ibukota Kiev sebagai target, kota dengan 2,8 juta orang tidak bersalah," kata Biden Jumat lalu.
Minggu kemarin, Presiden AS, Joe Biden tiba-tiba membatalkan rencananya untuk batal pulang kampung ke Delaware pasca rapat dengan Dewan Keamanan Nasional. CNBC International melaporkan rapat di hari Minggu sangat jarang terjadi, begitu juga dengan berubahnya jadwal Presiden AS dalam waktu singkat menjadi hal yang tidak biasa.
Sebelumnya pada pekan lalu rupiah sukses mempertahankan penguatan mingguan setelah rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI). Jumat pekan lalu Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus begitu juga dengan transaksi berjalan (current account) yang sebelumnya selalu defisit dalam satu dekade terakhir.
"Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2021 mencatat surplus tinggi, sehingga ketahanan sektor eksternal tetap terjaga. Surplus NPI tahun 2021 tercatat sebesar 13,5 miliar dolar AS, jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar 2,6 miliar dolar AS," tulis BI dalam keterangan resminya, Jumat (18/2).
Pos transaksi berjalan mencatat surplus US$ 3,3 miliar atau 0,3% dari produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2021. Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.
Jika dilihat secara kuartalan, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 1,4 miliar (0,4% dari PDB) di kuartal IV-2021, lebih dari dari kuartal sebelumnya US$ 5 miliar (1,7% dari PDB) di tiga bulan sebelumnya.
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial bagi pergerakan rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil ketimbang pos NPI lainnya, yakni transaksi modal dan finansial.
Rupiah pun sukses memangkas pelemahannya di hari Jumat dan mempertahankan penguatan dalam sepekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)