
Fed Agresif, Gimana Prospek Saham-Obligasi Negara Berkembang?

Saham Pasar EM Masih Menarik?
Tidak hanya analis Charles Schwab yang punya pandangan optimistis terhadap pasar EM saat ini, analis Deutsche Bank menjelaskan, pengetatan kebijakan oleh Jerome Powell Cs bukanlah berita buruk untuk semua aset pasar EM.
Indeks saham MSCI Emerging Market, misalnya, berhasil mengalahkan indeks saham acuan AS S&P 500 sejak awal tahun ini (ytd).
Menurut data Refinitiv, MSCI Emerging Market masih bisa naik tipis 0,89%, dibandingkan dengan S&P 500 yang malah anjlok 8,68% sejak awal tahun. Tidak hanya S&P 500, indeks saham MSCI International World Price Index juga sudah ambles 7,4% secara ytd.
"Kinerja EM (saham) yang lebih baik setelah kenaikan (Fed) pertama adalah penting," kata analis Deutsche Bank kepada Reuters.
Sementara, menurut catatan Reuters, analis Morgan Stanley belum membuat rekomendasi untuk "beli EM". Namun, mereka mengatakan, "ini menunjukkan bahwa waktu untuk mendapatkan lebih banyak bullish [kenaikan] pada [pasar] EM mungkin sudah dekat."
Selain itu, beberapa raksasa fund manager dunia juga mulai beralih ke ekuitas atau saham pasar EM, sembari bertaruh bank sentral EM tidak buru-buru menaikkan suku bunga setelah pengetatan bank sentral negara utama sejak tahun lalu.
"Kami pindah ke ekuitas EM [dengan rating] overweight pada bulan November," kata Daniel Morris, kepala strategi pasar di BNP Paribas Asset di London, dikutip Bloomberg.
Daniel menambahkan, "The Fed mungkin menaikkan suku bunga tahun ini bahkan lebih dari yang diperkirakan pasar saat ini. Sebaliknya, beberapa bank sentral pasar berkembang [EM] telah memperketat kebijakan dan bahkan mungkin dapat berubah menjadi suportif dalam waktu dekat."
Senada dengan BNP Paribas, Goldman Sachs Asset Management bilang, suku bunga rendah selama dekade terakhir telah membantu mendorong pertumbuhan perusahaan dan reli saham di AS. Namun dengan suku bunga Fed sekarang akan naik, jelas Goldman Sachs, mungkin sudah waktunya untuk melakukan diversifikasi.
"Ekonomi EM mungkin siap untuk pertumbuhan yang lebih kuat pada tahun 2022, terutama pada tahap awal pembukaan kembali," tulis analis Goldman Sachs dalam laporan penelitian bulan ini.
Obligasi EM
Bagaimana dengan obligasi EM?
Namun, kepala pasar lokal, pasar berkembang dan strategi utang negara JPMorgan, Jonny Goulden menjelaskan, siklus pengetatan agresif oleh The Fed dan bank sentral top lainnya dapat kembali memberi tekanan pasar obligasi.
Ia berkaca dari kejutan "taper tantrum" 2013-2014 silam, ketika prospek tapering (pengurangan nilai pembelian aset) oleh The Fed menghantam aset pasar negara berkembang dengan keras.
"Siklus pengetatan Fed tetap menjadi fokus untuk EM, tapi sejauh ini tekanan ini anehnya terwujud dalam kredit daripada pasar lokal," kata Goulden dalam sebuah catatan, dikutip Reuters.
Sementara, Deutsche Bank mengatakan, sejak 2013, Meksiko, Polandia, Filipina, dan Hungaria adalah negara berkembang dengan korelasi tertinggi terhadap kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS, mengacu pada tolok ukur alias benchmark obligasi 10-tahun lokal mereka. (Lihat grafik di bawah ini).
![]() Obligasi EM terhadap Treasury AS |
"Selama pergerakan besar, kami menemukan bahwa semua negara (kecuali China) telah memberikan pengembalian negatif selama periode pergerakan bearish ekstrem di Treasuri AS," kata analis Deutsche, dikutip Reuters, sembari menunjukkan bahwa obligasi dari Turki, Filipina, Meksiko dan Peru mencatat kerugian terbesar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]