
Lawan Gravitasi, IHSG Cetak Rekor Tertinggi! Sesi II Lanjut?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di 6.891,021 pada perdagangan sesi I Jumat (18/2). Padahal mayoritas bursa saham utama Asia merosot mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) pada perdagangan Kamis.
Di awal perdagangan IHSG memang sempat masuk ke zona merah, mendekati level 6.800, tetapi setelahnya berhasil bangkit hingga memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Di penutupan perdagangan, IHSG berada di Rp 6.889,69, menguat 0,78%.
Investor asing sekali lagi melakukan aksi beli bersih (net buy) nyaris Rp 400 miliar di pasar reguler. Dengan demikian, sepanjang pekan ini net buy tercatat nyaris Rp 3 triliun.
Meski kondisi eksternal tidak mendukung, tetapi kabar baik datang dari dalam negeri.
Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus di tahun 2021 begitu juga dengan transaksi berjalan (current account) yang sebelumnya selalu defisit dalam satu dekade terakhir.
"Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2021 mencatat surplus tinggi, sehingga ketahanan sektor eksternal tetap terjaga. Surplus NPI tahun 2021 tercatat sebesar 13,5 miliar dolar AS, jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar 2,6 miliar dolar AS," tulis BI dalam keterangan resminya, Jumat (18/2).
Pos transaksi berjalan mencatat surplus US$ 3,3 miliar atau 0,3% dari produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2021. Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.
Jika dilihat secara kuartalan, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 1,4 milar (0,4% dari PDB) di kuartal IV-2021, lebih dari dari kuartal sebelumnya US$ 5 miliar (1,7% dari PDB) di tiga bulan sebelumnya.
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial bagi pergerakan rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil ketimbang pos NPI lainnya, yakni Transaksi Modal dan Finansial.
Surplus transaksi berjalan bisa membuat pergerakan rupiah lebih stabil, yang tentunya berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia.
Secara teknikal, IHSG yang bertahan di atas pola Rectangle yang dibentuk sejak Oktober lalu, kembali mampu menguat.
Batas atas pola ini berada di kisaran 6.735, dan batas bawah pola Rectangle berada di kisaran 6.510, artinya ada jarak sekitar 215 poin dari level tersebut ke batas atas.
Selama bertahan di atasnya, ke depan IHSG berpeluang naik sebesar 215 poin ke 6.950.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG juga berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 pada grafik harian.
Selama mampu bertahan di atas tiga MA tersebut, berlanjutnya penguatan IHSG ke depannya masih terbuka lebar.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Kenaikan di sesi I membuat Stochastic pada grafik 1 jam juga masuk ke wilayah overbought, sehingga ada risiko koreksi.
Resisten terdekat kini berada di kisaran 6.900 yang harus dilewati agar mampu menuju dan target pola Rectangle di di 6.950.
Sementara itu selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko terkoreksi ke kisaran 6.850 hingga 6.840.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000