
RI Tak Bergantung Dolar AS, Bos BCA & Mandiri Beri Buktinya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketergantungan Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin pudar pasca diberlakukannya kebijakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan atau Local Currency Settlement (LCS).
Bukti nyata hilangnya pengaruh dolar AS terhadap Indonesia diperlihatkan jelas dua bank raksasa tanah air, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, kebijakan LCS Arrangement penting untuk mengelola stabilitas nilai tukar rupiah. Implementasi kebijakan tersebut dengan 4 negara mitra selama ini disebut Darmawan sangat mendukung para pelaku usaha agar mampu masuk pasar internasional secara mudah dan cepat.
"Jadi foreign trade dengan LCS Arrangement ini kalau didukung terus komunikasi antar ACCD (Appointed Cross Currency Dealer) juga bisa dukung kira-kira sektor apa lagi yang bisa kita kembangkan untuk mengembangkan bisnis pengusaha Indonesia dengan mitranya di 4 negara yang sudah ada LCS Arrangement," kata Darmawan dalam Side Event G20 Finance Track bertajuk 'Showcasing The Implementation of Local Currency Settlement Framework Between Indonesia and Partner Countries', Rabu (16/2/2022).
Menurut Darmawan, LCS berdampak pada meningkatnya volume perdagangan dan transaksi yang dilakukan melalui perbankan. Buktinya, sepanjang 2021 peningkatan volume perdagangan menggunakan metode pembayaran LCS meningkat 30% secara tahunan. Kemudian, volume perdagangan mata uang antar Bank Mitra (ACCD) yang memfasilitasi LCS tumbuh 171% secara tahunan.
Bank Mandiri yakin peningkatan nilai transaksi menggunakan metode LCS akan berlanjut pada 2022. Darmawan berkata, LCS sangat berperan mengoptimalisasi perdagangan antara Indonesia dengan 4 negara yang sudah menerapkan kebijakan ini, yaitu China, Jepang, Malaysia, dan Thailand. Ke depannya, dia berharap bank sentral di 4 negara tersebut, bersama Bank Indonesia (BI), terus mengoptimalkan pemberlakuan kebijakan LCS dan penghapusan underlying di transaksi dengan nilai tertentu.
"Kita perlu memanfaatkan semaksimal mungkin event G20 di Indonesia dengan mendorong semaksimal mungkin showcase yang kita miliki, potensi yang bisa kita tawarkan ke global. Jadi mungkin yang bisa kita dorong seberapa banyak data yang kita miliki untuk ditunjukkan kepada G20 bahwa Indonesia bisa suplai banyak ke global. Potensi investasi juga dibutuhkan karena demi pertumbuhan ekonomi yang baik kita harus mengundang banyak investasi masuk ke Indonesia," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyebut LCS mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS karena kebijakan ini membuat para pelaku usaha tak perlu mengkonversikan rupiah ke dalam dolar AS terlebih dulu sebelum bertransaksi dengan mitra bisnisnya di negara tujuan.
Jahja mencontohkan, sebelum ada kebijakan LCS, pebisnis Indonesia yang bertransaksi dengan mitranya di Jepang harus membuat daftar harga dalam satuan USD. Setelah itu, transaksi harus dilakukan dengan metode konversi rupiah ke USD, kemudian dana dalam bentuk USD dikirimkan ke negara tujuan, dan sesampainya di lokasi mitra uang tersebut kembali dikonversi ke mata uang lokal.
"Berarti ada dua kali pricing yang harus ditanggung dua belah pihak. Dengan straight forward ini hanya sekali konversi. Dengan model ini kita bisa berikan promosi cashback transaction, kemudian kurs kita berikan spesial. Inisiatif ini merupakan satu breakthrough inovasi yang mengarah ke efektivitas dan efisiensi. Kita harus salut kepada BI dan rekan-rekan bank sentral di Cina, Jepang, Malaysia dan Thailand," kata Jahja.
Bos BCA ini mengatakan, sekarang nilai perdagangan Indonesia dengan 4 negara yang sudah menerapkan LCS telah mencapai 41% dari total perdagangan. Angka ini sudah cukup besar dan bisa terus dikembangkan agar ke depannya semakin banyak negara bergabung menerapkan kebijakan ini.
"Saya kira ini produk sudah bagus, tinggal how to educated our customer untuk mengetahui bahwa ini sangat efisien dan efektif. Mereka bisa dapat diskon kurs khusus, "swap" sendiri dan kalau betul nanti USD interest rate naik kencang, dalam melakukan swap dengan China akan lebih murah daripada swap ke US interest ratenya pasti lebih tinggi," katanya.
Implementasi kerjasama LCS adalah sebagai salah satu upaya berkelanjutan BI untuk mendorong penggunaan mata uang lokal yang lebih luas dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi langsung dengan berbagai negara mitra.
Menurut penjelasan BI, LCS adalah adalah penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing, di mana setelmen transaksinya dilakukan di yurisdiksi wilayah negara masing-masing.
Perluasan penggunaan LCS diharapkan dapat mendukung stabilitas Rupiah melalui dampaknya terhadap pengurangan ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valuta asing domestik.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 46 Negara Sudah Naikkan Suku Bunga Acuan, BI Hari Ini?