Review

Penjualan Memang Ambles, Tapi Harga Properti Masih Naik Terus

Feri Sandria, CNBC Indonesia
16 February 2022 12:25
Ilustrasi Rumah Dijual di Kawasan Pondok Indah (Versi Blur)
Foto: Ilustrasi Rumah Dijual di Kawasan Pondok Indah (Versi Blur)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan pasar properti Tanah Air sempat dihebohkan oleh fenomena apartemen 'hantu' di Indonesia. Terminologi tersebut digunakan untuk menggambarkan membludaknya jumlah apartemen siap huni yang masih belum dibeli oleh masyarakat.

Tingkat hunian atau okupansi apartemen sewa di DKI Jakarta terus dalam tren menurun. Dari riset Colliers, okupansi apartemen servis menurun hingga kuartal III-2021, posisi okupansinya hanya di 51% di bawah rata-rata 2020 yang mencapai 60%. Angka tersebut juga turun 6% dari kuartal sebelumnya.

Dengan kata lain hampir separuh setiap gedung rata-rata kosong tanpa penghuni.

Kondisi tersebut diperparah oleh situasi pandemi yang masih belum berakhir terutama di wilayah Jakarta maupun sekitarnya, sehingga semakin memukul sektor pasar apartemen baru maupun bekas. Akibatnya, banyak penjualan apartemen khususnya kelas mewah harganya dipangkas signifikan.

Meskipun fenomena apartemen 'hantu' semakin marak ditemukan, tidak berarti kondisi pasar perumahan di Indonesia semakin terjangkau.

Hal ini mengingat apartemen mewah yang harganya turun tersebut hanya 1% atau sekitar 2.000 unit dari total unit yang tersedia mencapai 200.000 unit. Selain itu di Indonesia sendiri jumlah apartemen jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah.

Berbanding terbalik dengan fenomena apartemen 'hantu', Bank Indonesia (BI) kembali melaporkan kenaikan harga properti residensial pada kuartal IV-2021 dengan laju yang lebih cepat dari kuartal sebelumnya.

"Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer secara tahunan tumbuh meningkat pada triwulan IV 2021.

Pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2021 tercatat 1,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,41% (yoy).

Harga properti residensial primer diprakirakan akan tumbuh lebih terbatas pada triwulan I 2022 sebesar 1,29% (yoy)," ungkap keterangan tertulis BI yang dirilis Rabu (16/2/2022).

Kenaikan ini terjadi karena penjualan pada kuartal IV tahun lalu membaik dari penyusutan 15,19% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan (yoy), penjualan kuartal terakhir tahun lalu sebenarnya masih mengalami kontraksi 11,60%, ungkap Bank Indonesia.

Berdasarkan sumber pembiayaan, hasil survei menunjukkan bahwa pengembang masih mengandalkan pembiayaan yang berasal dari nonperbankan untuk pembangunan properti residensial.

Survei tersebut juga mengungkapkan pada triwulan IV 2021, sebesar 63,33% dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.

Sementara itu, dari sisi konsumen, pembiayaan perbankan dengan fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama konsumen dalam pembelian properti residensial dengan pangsa mencapai 75,65% dari total pembiayaan.

Secara umum harga properti di berbagai belahan dunia diperkirakan akan tetap meningkat tahun 2022 ini. Survei Reuters dari jejak pendapat para ahli menyebutkan prospek akan keterjangkauan properti sebagian besar negatif, yang salah satunya akibat kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Dalam bisnis real estat, pandangan konvensional mengatakan bahwa kenaikan suku bunga membuat pembelian atau penjualan rumah menjadi lebih sulit, dan sebaliknya.

Kondisi ini membuat pasar perumahan dan properti mungkin tidak akan membaik dalam waktu dekat, mengingat banyak bank sentral telah mengatakan komitmen atau mengharapkan kenaikan suku bunga tahun ini demi mengekang laju inflasi. 

Prospek Properti di Delaapan Pasar Utama DuniaFoto: Reuters
Prospek Properti di Delapan Pasar Utama Dunia

Memang, sebagian besar pasar perumahan utama telah mengungguli tidak hanya ekonomi yang lebih luas di masing-masing wilayah, tetapi juga ekspektasi optimis analis pasar properti sendiri.

Di lima pasar tersebut - Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, dan Dubai - harga rumah secara kasar naik dua kali lipat dari perkiraan para analis pada awal tahun ini.

Sementara itu, negara tetangga terdekat seperti Malaysia, Singapura dan Australia juga mencatatkan kenaikan harga perumahan.

Pada periode Juli-September 2021, harga rumah di Singapura naik 1,1% dari kuartal sebelumnya. Ini menandai kenaikan kuartal keenam berturut-turut dalam harga rumah pribadi karena pembukaan ekonomi kembali secara lebih luas di tengah percepatan program vaksinasi COVID-19.

Data bank sentral Malaysia menyebutkan Indeks Perumahan di Malaysia meningkat menjadi 0,80% pada kuartal keempat tahun 2021 dari -0,70% pada kuartal ketiga tahun 2021.

Sementara itu data dari Biro Statistik Australia yang telah melacak harga properti sejak tahun 2003 menyebutkan sejak saat itu hingga kuartal pertama tahun ini, kenaikan harga lebih dari 5% dalam satu kuartal hanya terjadi sekali.

Tetapi dalam tiga kuartal pertama tahun lalu, harga naik lebih dari 5% setiap saat, di mana dalam 12 bulan hingga September 2021, harga properti di seluruh ibu kota Australia tumbuh rata-rata dengan rekor 22%.

TIM RISET CNBC INDONESIA  

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular