
Jadi Juara 3 Asia, Isu Perang Dunia 3 Tak Bikin Rupiah Goyang

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (14/2) di saat sentimen pelaku pasar sedang memburuk akibat kemungkinan terjadinya perang antara Rusia dengan Ukraina.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.340/US$. Sepanjang perdagangan, rupiah tidak pernah mencicipi zona merah, mahal sempat menguat ke Rp 14.316/US$.
Di penutupan perdagangan, rupiah berhasil menguat 0,17% di Rp 14.325/US$. Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi juara 3 di Asia hari ini. Hingga pukul 15:07 WIB rupiah hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 0,76% dan won Korea Selatan 0,22%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Aliran modal yang masih masuk ke dalam negeri sepertinya masih menopang kinerja rupiah.
Sepanjang bulan Januari lalu, terjadi capital outflow yang cukup besar di pasar obligasi Indonesia. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menunjukkan di bulan Januari terjadi capital outflow dari pasar obligasi sebesar Rp 4 triliun.
Tetapi situasi tersebut berubah di bulan ini, hingga 10 Februari lalu terjadi inflow sebesar Rp 8,46 triliun. Dengan demikian, secara year-to-date (ytd) hingga 2 Februari lalu, tercatat capital inflow di pasar obligasi sebesar Rp 2,27 triliun.
Di pasar saham juga terjadi hal yang sama. Sepanjang pekan lalu, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) tercatat lebih dari Rp 7,6 triliun di pasar reguler, tunai dan nego. Sementara pada hari ini, meski IHSG merosot lebih dari 1% tetapi asing masih tercatat net buy sebesar Rp 170 miliar.
Kabar baik lainnya dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan penjualan ritel bulan Desember lalu melesat 13,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,8% (yoy).
"Peningkatan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok, terutama pada subkelompok Sandang dan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, didorong meningkatnya permintaan selama perayaan HBKN Natal dan Tahun Baru," tulis BI dalam keterangan resminya hari ini.
Selain itu di bulan Januari, penjualan ritel juga diprediksi masih akan terakselerasi menjadi 16% (yoy).
"Kinerja penjualan eceran Januari 2022 diprakirakan terus meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2022 sebesar 211,0 atau tumbuh secara tahunan 16,0% (yoy), didorong perbaikan kinerja penjualan eceran seluruh kelompok komoditas, terutama Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan tetap tingginya pertumbuhan subkelompok Sandang," tulis BI.
Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran. Sehingga ketika penjualan ritel melesat akan berdampak bagus bagi perekonomian.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perhatian Tertuju Pada Risiko Perang Dunia III
