
Inflasi AS 7,5% Bakal 'Guncang' Dunia, RI Kena Imbas?
![[DALAM] Indonesia Resmi Resesi!](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/11/05/dalam-indonesia-resmi-resesi_169.jpeg?w=900&q=80)
Economist & Fixed-income Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro kepada CNBC Indonesia mengakui runyamnya persoalan ini bagi pasar keuangan global, juga perekonomian Indonesia tentunya.
"Secara historis kenaikan suku bunga AS biasanya diikuti penurunan harga komoditas, dengan lag sekitar 3-6 bulan, karena ada korelasi terbalik (inverse)," ujarnya Jumat (11/2/2022).
Sayang sekali bagi Indonesia, ekonomi pada 2021 besar ditopang oleh kenaikan harga komoditas internasional, antara lain batu bara, minyak kelapa sawit, bauksit, tembaga dan lainnya. Bila harga komoditas menurun, dampaknya akan terasa pada ekspor hingga penerimaan negara.
Pelaku pasar, kata Putera juga menilai the Fed terlambat dalam memberikan respons. Inflasi naik terlalu tinggi, kenaikan suku bunga acuan saat ini akan menjerumuskan AS ke jurang resesi.
"Di pasar ada kekhawatiran Fed sudah terlambat (behind the curve) sehingga terpaksa menaikkan suku bunga dengan sangat cepat dan tinggi, yang bisa memicu resesi di AS," terangnya.
"Pelemahan ekonomi disana tentunya berdampak pada Indonesia, mengingat besarnya ekspor dan surplus perdagangan kita dengan AS," jelas Satria.
Bagi Indonesia, respons paling dekat dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Sebab nilai tukar rupiah akan terimbas seiring dengan beregeraknya aliran modal keluar (outflow) dari Indonesia. Sehingga BI perlu mengeluarkan amunisi untuk mentabilkan nilai tukar.
"Volatilitas di pasar keuangan ini bisa memerlukan biaya intervensi (sterilization cost) yang besar oleh Bank Indonesia di pasar mata uang dan obligasi," pungkasnya.
(mij/mij)[Gambas:Video CNBC]