
RI Ketiban Duit Rp 7,6 T, IHSG 3 Kali Cetak Rekor Tertinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mencatat penguatan di pekan ini, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa sebanyak 3 kali. Aliran modal asing yang besar masuk ke dalam negeri menjadi salah satu faktor yang mendongkrak kinerja IHSG, selain juga data-data ekonomi dari dalam negeri.
Melansir data dari Refinitiv, IHSG tercatat menguat 1,25% sepanjang pekan ini ke 6.815,607. Bursa kebanggaan Tanah Air ini pertama kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di 6.806,730 pada Senin (7/2), kemudian pecah lagi sehari setelahnya di 6.860,750. Kemudian pecah lagi pada Kamis lalu di 6.874,351 sebelum akhirnya terkoreksi.
Sepanjang pekan ini, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) tercatat sebesar 7,05 triliun di pasar reguler, dan jika ditambah pasar tunai dan nego totalnya menjadi lebih dari Rp 7,6 triliun. Nilai transaksi tercatat lebih dari Rp 68 triliun.
IHSG bahkan masih mampu menguat meski bank sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin bulan depan pasca rilis data inflasi yang melesat 7,5% year-on-year (yoy).
Dari dalam negeri, Bank Indonesia yang mengindikasikan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini memberikan dampak positif ke IHSG.
"Bank Indonesia tetap akan mempertahankan suku bunga 3,5% sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental, prediksi kami akan terjadi di tahun 2023, dan untuk itu kami akan me-review kembali stand dari kebijakan moneter khususnya suku bunga di kuartal III tahun ini," kata Perry.
Perry menambahkan kebijakan yang diambil BI nantinya akan tergantung dari data inflasi, pertumbuhan ekonomi dan berbagai indikator makro, moneter dan sistem keuangan lainnya.
Pernyataan tersebut menunjukkan BI lebih dovish ketimbang sebelumnya. Sebab, di bulan Januari lalu Perry menyatakan suku bunga bisa naik di kuartal IV-2022.
Selain itu BI juga melaporkan tingkat keyakinan konsumen yang semakin optimistis di awal tahun ini.
Survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis BI menunjukkan angka 119,6 di bulan Januari lebih tinggi dari bulan sebelumnya 118,3.
IKK menggunakan angka 100 sebagai total ukur. Di bawahnya berarti pesimistis, di atasnya optimistis.
Ketika konsumen semakin optimistis, maka belanja akan semakin meningkat dan pada akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi.
"Meningkatnya keyakinan konsumen pada Januari 2022 didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, terutama persepsi terhadap penghasilan saat ini dan pembelian barang tahan lama (durable goods). Sejalan dengan membaiknya persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang juga tercatat membaik pada seluruh indeks pembentuknya, tertinggi pada indeks ekspektasi penghasilan," tulis BI dalam rilis resminya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong