
Duh... Para Spekulator Makin Getol Jual Rupiah nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah cukup perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini, bahkan sepanjang tahun ini masih cukup stabil meski tekanan sedang besar dari eksternal. Namun, spekulator sepertinya masih belum melirik rupiah, malah justru menambah posisi jualnya.
Hal ini terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
![]() |
Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (10/2) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,54, membaik dari dua pekan lalu 0,12. Jika dilihat dalam 5 survei terakhir para spekulator masing konsisten mengambil posisi jual meski terus mengalami naik turun.
Dari 9 mata uang Asia yang disurvei, spekulator mengambil posisi jual terhadap 9 mata uang. Hanya yuan China, dolar Taiwan dan baht Thailand yang mendapat posisi beli.
Survei ini konsisten dengan pergerakan rupiah, sehingga ke depannya rupiah masih akan tertekan. Namun, hal tersebut terbilang wajar sebab bank sentral AS (The Fed) akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini.
Malah, jika melihat agresivitas The Fed, pergerakan rupiah bisa dikatakan masih cukup bagus. Pelemahannya sepanjang tahun ini kurang dari 1%.
Dolar AS pun diprediksi tidak akan melenggang begitu saja.
Pasca pengumuman kebijakan moneter akhir The Fed Januari lalu, pasar sudah menakar suku bunga akan dinaikkan hingga 125 basis poin di tahun ini. Spekulasi berhembus The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, 50 basis poin pada bulan Maret, dan tiga kali lagi sisanya masing-masing sebesar 25 basis poin.
Hal tersebut terlihat dari survei yang dilakukan Reuters pada periode 31 Januari - 2 Februari terhadap analis mata uang.
Survei tersebut juga menunjukkan dolar AS masih akan mendominasi hingga 6 bulan ke depan, tetapi tidak akan menguat jauh dari level saat ini. Selain itu, median dari 24 analis menunjukkan agar dolar AS menguat tajam perlu ada tambahan kenaikan sebesar 62,5 basis poin.
Artinya total The Fed perlu menaikkan suku bunga sebesar 187,5 basis poin agar dolar AS bisa menguat tajam.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Meski Melemah, Rupiah Masih Akan Cukup Stabil