Analisis

Masih Awal Tahun, Emiten RI Ramai-Ramai Buyback Saham

Feri Sandria, CNBC Indonesia
11 February 2022 16:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Karena perusahaan umumnya sering melakukan peningkatan modal melalui penerbitan saham seperti penawaran umum atau rights issue seperti yang lagi ramai dilakukan emiten perbankan, pembelian kembali saham mungkin tampak kontra-intuitif dan kontra-produktif bagi perusahaan yang malah memilih untuk mengembalikan uang kepada pemegang saham.

Namun, ada banyak alasan mengapa aksi korporasi ini memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, termasuk terkait konsolidasi kepemilikan hingga peningkatan rasio keuangan.

Secara sederhana, perusahaan dapat menggunakan uang yang berlebih untuk pengembangan bisnis seperti akuisisi perusahaan atau meningkatkan capex, akan tetapi jika perusahaan merasa ruang untuk tumbuh sudah sempit hal tersebut tidak akan memberikan manfaat yang signifikan.

Maka perusahaan dapat mengembalikan dana kepada investor dalam bentuk dividen atau pembelian kembali saham (buyback).

Sering kali buyback lebih diminati oleh perusahaan dibandingkan dengan pembayaran dividen langsung. Hal ini karena jika ekonomi melambat atau jatuh ke dalam resesi dan memaksa perusahaan memotong dividennya untuk penghematan, hasilnya pasti akan mengarah pada aksi jual di saham tersebut.

Namun, jika perusahaan memutuskan untuk membeli kembali sahamnya, strategi serupa seperti pemotongan dividen, harga saham kemungkinan tidak akan terlalu terdampak.

Dalam situasi lain, buyback juga dapat membuat saham lebih atraktif karena rasio keuangan khususnya laba per saham dalam meningkat bagi para pemegang saham.

Hal ini terjadi karena saham treasuri yang dibeli tidak dihitung sebagai pembagi. Hal ini pada akhirnya mampu meningkatkan harga saham perusahaan.

Selama satu dekade terakhir ketika Wall Street mengalami bull market yang berkelanjutan, perusahaan-perusahaan di sana juga sedang rajin-rajinnya melakukan buyback.

Selain itu pembelian kembali saham publik juga merupakan salah satu upaya untuk menopang harga saham tidak merosot terlalu dalam dengan menciptakan permintaan buatan (artificial demand), karena kepemilikan publik berkurang.

Alasan lain termasuk jika perusahaan merasa sahamnya undervalue, baik karena kondisi ekonomi sedang lemah atau hal lainnya, mereka dapat membeli kembali saham perusahaan di harga 'murah' dan menjualnya ketika pasar sedang baik atau investor sadar akan value sebenarnya dari perusahaan tersebut.

Meskipun terlihat menguntungkan, pembelian kembali saham juga mempengaruhi peringkat kredit perusahaan jika aksi korporasi ini dilakukan dengan meminjam uang.

Beberapa perusahaan mungkin membiayai pembelian kembali saham karena bunga pinjaman dapat dikurangkan dari perhitungan pajak. Namun, kewajiban utang menguras cadangan kas, yang krusial saat perusahaan mengalami krisis.

Untuk alasan ini, lembaga pemeringkatan memandang pembelian kembali saham yang dibiayai seperti itu secara negatif. Mereka tidak melihat peningkatan EPS atau memanfaatkan saham yang undervalue sebagai pembenaran yang baik untuk mengambil utang.

Buyback saham juga dikritisi oleh banyak ekonom dan politisi dunia sebagai alasan lambatnya investasi sektor swasta karena perusahaan memilih untuk menggunakan kelebihan dana untuk pembelian kembali saham ketimbang menginvestasikan ke riset, operasional atau kesejahteraan karyawan seperti peningkatan gaji karyawan atau program pensiun tambahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd/vap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular