Harga CPO Anjlok, Negara Lain Tetap Krisis Minyak, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok pada hari ini, Rabu (9/2/2022), melanjutkan koreksi selama dua hari terakhir.
Mengacu pada data Refinitiv, harga CPO dibanderol di level MYR 5.352/ton atau anjlok 1,78% pada pembukaan pagi tadi, dan selang beberapa menit kemudian harga CPO terkoreksi lebih dalam hingga 4,17% ke MYR 5.307/ton.
Analis Reuters, Wang Tao menilai harga CPO dapat terkoreksi lebih dalam ke kisaran MYR 5.174-5.247/ton. Namun, jika harga CPO dapat menembus di atas titik resistance 5.425, dapat memicu kenaikan ke kisaran MYR 5.484-5.558/ton. Tren harga CPO diprediksikan akan menurun di MYR 5.174/ton, ketika menembus titik support di MYR 5.394/ton.
Harga CPO dunia yang saat ini sedang tinggi-tingginya, diprediksi masih akan tertekan dengan penurunan di kisaran 5.000-an ringgit per ton. Upaya India untuk menurunkan harga minyak nabati menjelang pemilihan umum di Uttar Padesh (negara bagian terpadat di India) gagal, karena harga minyak sawit dunia justru menyentuh rekor tertinggi pekan lalu.
Pemicunya adalah Indonesia sebagai eksportir terbesar ke India justru membatasi ekspornya. Pemilihan Umum di India sangat sensitif dengan inflasi harga pangan, sehingga pemerintah India mencoba mengendalikan harga domestik dengan mengurangi pajak impor dan memberlakukan batas persediaan.
Awalnya, upaya tersebut memang berhasil. Namun, karena India mengimpor dua pertiga dari kebutuhan minyak nabatinya, kebijakan Indonesia mau tidak mau membuyarkan upaya tersebut. Pemerintah Indonesia memberlakukan pembatasan ekspor dan produsen minyak sawit diwajibkan memplot 20% produksinya ke pasar domestik.
Harga minyak sawit di India telah meningkat lebih dari 12% tahun ini dari 1.228 rupee per 10 kg menjadi 1.280,75 rupee. Harga minyak kedelai dan minyak bunga matahari juga ikut melonjak karena pembeli beralih ke keduanya karena harga minyak sawit yang membumbung tinggi.
Inflasi harga makanan eceran India naik menjadi 4,05% di bulan Desember dan diperkirakan akan tetap dalam tren naik hingga beberapa bulan mendatang. Pemerintah India pun kesulitan mengendalikan harga minyak domestik.
Menurut diler perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai, Pemerintah India bisa menyubsidi minyak nabati dan menjualnya dengan harga lebih murah kepada kaum miskin melalui distribusi publik. Namun, kebijakan ini akan membutuhkan banyak dana dan pemerintah sedang berjuang untuk menahan defisit fiskal.
Tidak hanya di India, harga minyak domestik di Negeri Gajah Putih Thailand juga naik selama dua pekan ini karena pasokan yang menurun dari Indonesia dan Malaysia. Pada akhir Desember, cadangan minyak sawit Thailand dilaporkan sebanyak 170.000 ton atau lebih rendah dari nilai minimal cadangan sekitar 300.000 ton.
Harga minyak sawit di sana dibanderol 56 baht per kg, naik dari posisi Januari sebesar 35 baht.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)