Dollar AS Masih Tak Bertenaga, Rupiah Bisa Menguat Lagi nih!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 09/02/2022 07:15 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Selasa kemarin rupiah sukses mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski banyak sentimen negatif dari dalam negeri. Rupiah bahkan tidak pernah masuk ke zona merah, meski Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diketatkan, dan Bank Indonesia (BI) melaporkan penurunan cadangan devisa.

PPKM yang lebih ketat tentunya membuat laju perekonomian kembali terhambat, sementara penurunan cadangan devisa artinya amunisi BI untuk menghadapi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) juga berkurang. Seperti diketahui, bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga di bulan Maret, dan bisa memicu tekanan bagi rupiah.

Cadangan devisa per akhir Januari 2022 dilaporkan sebesar US$ 141,3 miliar. Turun US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya.


Guna menstabilkan rupiah ketika mengalami gejolak, BI bisa menggunakan cadangan devisa untuk melakukan intervensi di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi.

Pada perdagangan hari ini, Rabu (9/2) rupiah masih berpeluang menguat meski tipis-tipis. Pelaku pasar saat ini masih menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat Kamis besok, yang bisa memberikan gambaran lebih jelas seberapa besar bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga di bulan Maret.

Sebelum rilis data tersebut, dolar AS belum akan bertenaga, dan rupiah berpeluang kembali menguat.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih besar dan patut waspada sebab sudah muncul Golden Cross, yakni perpotongan antara rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 500/ MA 50), dengan MA 500 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross bagi rupiah.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kembali masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic masuk overbought, hal tersebut sebenarnya memberikan peluang rupiah untuk bangkit.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Rupiah saat ini berada di area resisten di kisaran Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$. Rupiah Berisiko terpuruk di pekan ini jika level tersebut juga dilewati.

Sementara support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$, yang jadi target penguatan hari ini selama mampu bertahan di bawah resisten.

Jika support tersebut ditembus rupiah berpeluang menguat menuju MA 200 ke Rp 14.335/US$ hingga Rp 14.325/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan ke Rp 14.300/US$, atau lebih jauh ke bawah di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Cerah Hingga Tekanan Dolar & Tarif Masih Jadi Risiko