Awas Perang Dunia III! Kalau Bisa, Mending Borong Emas Deh...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 February 2022 06:15
Poland Ukraine Tensions
Foto: AP/Czarek Sokolowski

Perkembangan di Eropa ikut mempengaruhi minat investor terhadap emas. Rusia masih menyiagakan ratusan ribu pasukan di perbatasan Ukraina, yang membikin gerah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Presiden AS Joseph 'Joe' Biden akhirnya menggerakkan 'bidak catur'. Biden memerintahkan hampir 3.000 pasukan Negeri Adidaya ke Eropa Timur dalam upaya menggertak Rusia.

Jika sampai meletus perang di Ukraina yang melibatkan Rusia (amit-amit), maka dampaknya akan terasa di pasar keuangan. Pemerintah AS harus menganggarkan lebih banyak dana untuk perang. Ini akan membuat likuiditas dolar AS membanjir, sehingga 'harganya' turun.

Emas dan dolar AS punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS lesu, emas justru melaju.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS melemah, maka emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas naik, harga pun mengikuti.

Selain itu, emas adalah aset aman (safe haven) yang sebenarnya. Seaman-amannya mata uang dolar AS, yen Jepang, atau franc Swiss, tetap saja yang paling aman adalah emas. Saat situasi tidak menentu, salah satunya ketika terjadi perang, emas adalah pegangan hidup.

"Emas adalah untuk perang. Saat perang, nilai uang Anda akan terdiskon dan tidak ada harganya jika negara Anda sampai kalah. Kalau itu sampai terjadi, Anda akan membayar dengan emas, bukan uang," tulis Clem Chambers, Kontributor Senior Forbes, dalam kolomnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular